1. Lahirnya Rahwana
Tersebutlah Prabu Danaraja yang memerintah Negeri Lokapala. Ia ingin mempersunting puteri
Negeri Langkapura, Dewi Sukesi, yang sedang disayembarakan. Agar niatnya berhasil, Sang
Prabu memohon bantuan ayahnya, Bagawan Wisrawa, menjadi wakil dalam sayembara itu.
Konon Bagawan Wisrawa adalah seorang pendeta yang amat sakti. Maka berangkatlah Sang
Bagawan ke Langkapura.
Bagawan Wisrawapun berhasil memenangkan sayembara tersebut. Tapi ia berubah pikiran. Ia
sendiri berhasrat memperistri Dewi Sukesi dan lupa akan puteranya sendiri. Maka kawinlah Sang
Bagawan dengan puteri Langkapura itu.
Dari perkawinan itu lahirlah putera sulung, Rahwana atau Dasamuka. Tubuhnya gagah perkasa
tapi berwajah raksasa dan berwatak angkara murka. Putera kedua yang diberi nama
Kumbakarna berwajah raksasa pula, tapi berbudi luhur. Puteri ketiga berwajah raksasi dan
amat buruk wataknya. Ia bernama Sarpakenaka. Sedangkan Wibisana, sang putera bungsu
berwajah satria dan pula amat bijaksana.
Rahwana mewarisi takhta kerajaan. Ia menaklukkan negeri-negeri lain termasuk Lokapala.
Bahkan Kahyangan hendak pula ditaklukkannya. Batara Wisnu berniat hendak memberantas
kezaliman Rahwana. Maka menjelmalah ia pada seorang pangeran Negeri Ayodya, Sang
Ramawijaya
2. Negeri Ayodya
Negeri Ayodya adalah sebuah negeri yang memiliki wilayah yang luas dan subur. Rajanya
bernama Dasarata. Ia memerintah kerajaan tersebut dengan adil dan bijaksana sehingga
kehidupan rakyatnya menjadi aman dan damai.
Raja Dasarata memiliki watak kepanditaan pula. Ia amat menjunjung ajaran-ajaran tentang
kebenaran. Karenanya rakyat Ayodya amat mencintai rajanya.
Rakyat Ayodya hidup tolong- menolong dan bergotong-royong. Mereka bekerja giat dan selalu
patuh terhadap undang-undang Negeri Ayodya.
3. Lahirnya Rama
Prabu Dasarata mempunyai tiga orang permaisuri yaitu Kausalya, Kaikayi, dan Sumitra.
Kausalya berputra Rama, Kaikayi berputra Barata, dan Sumitra berputra kembar, yaitu
Laksamana dan Satrugna. Sifat dan watak para putra itupun amat terpuji. Mereka adalah satria
yang berbudi luhur. Mereka amat mencintai rakyatnya sehingga rakyatnya pun amat berbakti.
Rama adalah seorang satria yang pandai berperang. Walaupun sikapnya lemah-lembut,
tetapi ia tangkas menggunakan senjata, terutama panah. Ia rajin berlatih menggunakan panah
sehingga tak ada satria lain yang mampu mengalahkan kepandaiannya dalam memanah. Busur
yang seberapapun besarnya dapat dilengkungkan olehnya, dan sasaran yang betapapun jauhnya
selalu terbidik dengan tepat.
Bala tentara Ayodya pun amat besar dan kuat serta memiliki pasukan berkuda yang tangguh.
Gajah-gajah pun digunakan untuk berperang. Syahdan, datanglah seorang pendeta mengunjungi
istana Ayodya. Ia bernama Bagawan Wiswamitra. Karena Prabu Dasarata sangat menghargai
kehidupan beragama maka kedatangan Bagawan Wiswamitra disambut dengan segala
kehormatan.
4. Bagawan Wiswamitra
Bagawan Wiswamitra bertempat tinggal jauh dari kota Ayodya. Kedatangannya ke Ayodya kali
ini bertujuan untuk meminta bantuan agar Sang Prabu menghalau raksasa-raksasa yang sering
mengganggu ketentraman penduduk desa.
Sudah agak lama pertapaan Sang Bagawan selalu didatangi para raksasa perusuh dari negeri
Raja Tatsaka. Mereka merusak sawah dan ladang para cantrik serta menangkap dan merampas
ternak. Jika mereka tidak mendapatkan ternak, siapapun yang ditemuinya ditangkapnya pula
dan dijadikan mangsa.
Penduduk desa di sekitar pertapaan Sang Bagawan sudah pernah mengadakan perlawanan
tetapi karena jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah raksasa maka para raksasa itu tak
dapat dikalahkan.
Para raksasa perusuh itu pun semakin kejam dan ganas. Prabu Dasarata amat bersedih
mendengar pengaduan Bagawan Wiswamitra. Putranda Rama dan Laksamana
dipanggilnya lalu diperintahkannya menumpas para raksasa yang membuat kekacauan di
pertapaan Bagawan Wiswamitra.
Maka berangkatlah Rama dan Laksamana beserta pasukan Ayodya. Kedatangan para pangeran Ayodya itu pun disambut oleh para raksasa dengan geram. Pasukan Ayodya berperang
dengan gagah berani sehingga para raksasa itu tumpas. Raja Tatsaka terbunuh oleh panah
Rama
5. Pertapaan Bagawan Wiswamitra
Setelah para raksasa terusir, Bagawan Wiswamitra beserta para cantrik kembali ke
pertapaannya. Para penduduk membersihkan puing-puing yang berserakan akibat peperangan.
Rumah-rumah penduduk yang dirusak oleh para raksasa kini diperbaiki dan dibangun lagi.
Mereka juga mulai beternak. Sawah dan ladang yang rusak mereka cangkul dan garap lagi.
Saluran-saluran air digali pula. Tanah-tanah yang baru dibuka dijadikan tanah garapan, dibagibagi
dalam petak-petak persawahan, dan diairi. Benih-benih disebarkan.
Kuil-kuil yang runtuh pun mereka bangun kembali. Di bawah pimpinan Bagawan Wiswamitra,
mereka berdoa dan menyelenggarakan upacara-upacara pemujaan. Mereka memanjatkan doa
agar memperoleh ketentraman, kemakmuran dan kesejahteraan, serta dijauhkan dari segala
penyakit dan perang.
Ramadan Laksamana kadangkala masih mengunjungi pertapaan Sang Bagawan untuk
berjaga-jaga kalau masih ada raksasa yang hendak mengganggu ketentraman penduduk.
6. Sayembara di Mantilireja
Tersebutlah Maharaja Janaka yang bertakhta di Negeri Mantilireja. Sang Raja mempunyai
seorang putri yang amat cantik jelita. Putri yang halus budi bahasanya itu bernama Sita.
Setelah Sita dewasa, Sang Raja mengadakan sayembara. Barang siapa yang mampu mengangkat
busur Sang Raja dan melengkungkannya hingga patah, ia akan dinikah kan dengan Sita.
Berpuluh-puluh pangeran dan satria datang ke Istana Mantilireja hendak mengikuti sayembara
itu. Satu persatu mereka mencoba mengangkat busur Sang Raja, tapi tak seorang pun kuat
mengangkatnya.
Rama dan Laksamana demi mendengar berita sayembara itu, dan atas nasehat Bagawan
Wiswamitra, berangkatlah ke Mantilireja hendak mengikuti sayembara. Setibanya di
Mantilireja, Ramawijaya diijinkan mencoba mengangkat busur pusaka itu. Ternyata kekuatan
Ramawijaya membuat Prabu Janaka kagum dan heran. Busur yang amat besar itu dengan
mudah diangkat oleh Ramawijaya, lalu dilengkungkannya sampai patah.
7. Perkawinan Rama dan Sita
Prabu Janaka dengan rela menganugerahkan puterinya, Sita, menjadi isteri Rama. Pesta
perkawinan Rama dan Sita dirayakan selama empat puluh hari empat puluh malam. Prabu
Dasarata pun hadir. Rakyat bersuka ria. Upacara perkawinan itu dilangsungkan menurut adat
kebesaran istana.
Setelah kedua mempelai tinggal agak lama di Mantili, tibalah waktunya untuk pulang kembali
ke Ayodya. Dengan diantar Laksamana dan kaum kerabat istana, berangkatlah iring-iringan
mempelai kerajaan Mantili menuju Ayodya.
Jarak antara Ayodya dan Mantili cukup jauh dan harus ditempuh melalui hutan belantara serta
harus mendaki gunung dan menuruni lembah. Di tengah perjalanan tiba-tiba rombongan
pengantin baru itu dicegat oleh Ramaparasu, seorang pertapa tua.
8. Bagawan Ramaparasu
Ramaparasu, atau juga sering disebut Jamadagni, memperoleh sebuah panah sakti pemberian
dewa ketika ia sedang bertapa. Demi kesempurnaan jiwanya di alam baka, ia harus meninggal
karena panah itu. Karena itu ia mengembara kemana-mana untuk mencari seseorang yang
sanggup mengangkat panah itu dan memanahnya sekali hingga ia menemui ajal.Telah banyak
orang yang ditemuinya tapi tak ada yang kuat mengangkat busur panah itu.
Ramaparasu mendengar pula bahwa Rama memenangkan sayembara mengangkat busur di
Negeri Mantili. Karena itu Ramaparasu hendak menemui Rama. Setelah berhasil menemui Rama
di tengah hutan, Ramaparasu minta dibunuh dengan panah pusakanya agar nyawanya sempurna
di alam baka. Namun demikian, jika Rama tak sanggup mengangkat busur panah itu, ia harus
rela pula dibunuh dengan panah tersebut.
Rama menyanggupi. Busur pusaka itu diangkatnya lalu dilepaskanlah sebuah anak panah. Anak
panah itu terbang dengan cepat menancap di tubuh Ramaparasu. Tubuh Ramaparasu rubuh
terkulai lalu ia meninggal seperti cara yang dikehendakinya.
9. Pengunduran Diri Prabu Dasarata
Rama dan Sita tiba di Negeri Ayodya dengan selamat. Mereka tinggal dalam sebuah
istana yang amat indah. Rama dan Sita amat berbakti kepada ayahanda Raja Dasarata. Mereka
pula amat mencintai saudara-saudaranya meskipun berbeda ibu.
Pada suatu hari datanglah utusan dari negeri Kaikeya, yaitu negeri kakek Barata, yang meminta
agar Barata sudi menengok negeri leluhurnya.
Prabu Dasarata mengijinkan. Maka diperintahkanlah Barata serta adiknya Satrugna pergi ke
negeri Kaikeya. Rama dan Sita dengan berat hati melepas keberangkatan kedua adiknya yang
amat dicintainya itu. Konon Raja Dasarata merasa usianya telah lanjut. Ia berniat hendak
menyerahkan mahkota kerajaan kepada Rama.
Tapi sebelum keputusan hatinya itu diumumkan, ia hendak bertanya dan meminta
pertimbangan rakyatnya. Maka di depan segenap rakyatnya Raja Dasarata menyatakan niatnya
hendak mengundurkan diri dari takhta kerajaan. Karena ia sudah berusia lanjut, maka perlulah
kiranya diganti oleh seorang raja yang lebih muda dan lebih kuat memegang tampuk
pemerintahan. Niat pengunduran dirinya itu dimaksudan agar Negeri Ayodya lebih sentosa dan
makmur di masa-masa yang akan datang.
Para pembesar negara dan rakyat yang mendengar pengumuman raja itu menyatakan
persetujuannya. Mereka berpendapat bahwa rajanya telah mencurahkan segenap tenaga dan
pikirannya selama ini sehingga tercipta kemakmuran dan kesentosaan negeri. Mereka
selanjutnya bertanya, siapakah gerangan yang hendak diangkat menjadi pengganti raja.
Prabu Dasarata kemudian menyatakan keputusan hatinya bahwa Ramawijaya hendak
diangkatnya sebagai raja pengganti. Maka dengan suara gemuruh, para pembesar negeri dan
rakyat menyatakan persetujuannya. Raja Dasarata mendengar persetujuan rakyatnya itu
menjadi terharu. Namun demikian, ia bertanya mengapakah para pembesar negeri dan segenap
rakyat menyetujui pengangkatan Rama.
Maka segenap rakyat menjawab bahwa Rama memang pantas menjadi raja. Rama telah
membuktikan keberanian dan kesungguhannya membela rakyat, menolong setiap rakyat yang
berada dalam kesulitan dan memberantas segala kekacauan. Rama seorang satria sejati dan
kepandaiannya berperang selalu dipergunakan bagi kepentingan rakyat. Raja Dasarata amat
terharu saat mengetahui betapa segenap rakyat menaruh cinta kepada Rama. Maka Sang Raja
memerintahkan agar dimulai persiapan upacara penobatan Rama sebagai raja.
0 Komentar untuk "RAMAYANA part - 1"
Terimakasih atas kunjungan anda. Mohon tidak copy paste artikel yg ada di blog ini, terimakasih