Jodha Akbar Episode 346




By : Dewi Wulandari
@Wulan_Merindu91

Terlihat Jalal yang sedang berjalan bersama Birbal di taman Istana.

Jalal : “Mahesh Das”

Birbal : “Iya, Shahenshah”

Jalal : “Kau terlihat cemas sekali.”

Birbal mengelak : “Tidak, Shahenshah. Kenapa aku harus cemas? Aku tidak cemas.”

Jalal : “Kalau mengenai musik, dan jika kau ingin bersaing dengan Tansen, maka kau harus khawatir. Karna saat dia mulai bernyanyi, penonton tidak ingin dia berhenti bernyayi.”

Birbal kemudian mengeluarkan jurus jenaka'nya : “Aku dulu pernah berada di hadapan seorang Raja. Dan disana ada penyanyi yang sering menghibur Raja dengan musiknya. Raja selalu menyuruh dia untuk menyanyikan lagu yang sama berulang-ulang.”

Jalal : “Satu lagu secara berulang-ulang? apa alasannya?”

Birbal : “Aku juga tidak mengerti, Shahenshah. Tapi suatu hari aku memberanikan diri untuk menanyakannya pada Raja. Aku bertanya, kenapa dia selalu ingin mendengarkan lagu yang sama berulang-ulang? Raja itu bilang, itu karna dia tidak bisa mengerti apa yang di nyanyikan penyanyi itu.”

Birbal dan Jalal'pun tertawa, beberapa wanita yang memperhatikan Jalal dan Birbal'pun ikut tertawa mendengar kisah jenaka dari Birbal.

Birbal kemudian melanjutkan kata-katanya : “Penyanyi itu selalu berpikir kalau dia di puji karna suaranya. Tapi pada kenyataannya, semua orang tidak bisa memahami dia.”

Jalal memuji : “Bagus sekali, Mahesh Das. Kau punya cara lain untuk melihat sesuatu.”

Birbal dengan PD'nya berkata : “itu sebabnya kau senang padaku”

Jalal : “Benar sekali”

Jalal lalu mengajak Birbal melanjutkan langkahnya.

Di sebuah ruangan di dalam istana, Birbal sedang bersama dengan beberapa orang. Birbal berkata : “Aku ingin membersihkan tenggorokanku sebelum aku bernyanyi. Ambilkan aku air.”

Seseorang di antara mereka lalu memberikan air untuk Birbal dan Birbal langsung menenggak'nya dari teko. Birbal lalu seperti ingin muntah, ia berkata : “ini air kenapa seperti racun?”

Seseorang yang memberikan air itu berkata : “Tuan, ini air yang biasa diminum Tansen sebelum dia bernyanyi. Air ini untuk membersihkan tenggorokan dia”

Dengan wajah lucunya Birbal berkata : “Air ini bisa membunuh orang! Pantas saja Tansen orangnya pahit.”

Birbal lalu mengambil gendangnya, ia berkata : “Aku akan bernyanyi untuk kalian.”

Birbal mulai memukul-mukul gendangnya sambil berdendang ga' jelas, semua yang ada disana tertawa melihat tingkah Birbal. Tansen datang dan menghampiri Birbal yang sedang asyik berdendang ga' jelas. Tansen menutup telinganya dengan kedua tangannya dan sedikit berteriak : “Mahesh Das! Mahesh Das, Berhentilah bernyanyi!”

Birbal lalu mengambil sapu tangan di saku'nya. Ia berkata : “Tansen, aku ada sesuatu untukmu. Ambillah sapu tangan ini. Kau pasti akan membutuhkannya untuk menghapus air matamu besok, saat kau gagal menghibur dengan lawakanmu”

Birbal meledek Tansen sambil mengusap wajah Tansen dengan sapu tangannya. Tansen mengambil sapu tangan itu dan berkata : “Mahesh Das, kau lebih butuh sapu tangan ini daripada aku. Kau butuh ini untuk menghapus air mata semua penonton saat mereka mendengar kau bernyanyi besok.”

Tansen membalas ledekan Birbal dengan ikut mengusap wajah Birbal dengan sapu tangan itu. Tapi Birbal tidak memperdulikannya, ia kembali memukul-mukul gendang'nya dan berdendang ga' jelas. Tansen kesal, ia menutup telinganya dengan kedua tangannya.

Seorang Prajurit datang menghampiri mereka, prajurit itu berkata : “Tuan, Shahenshah ingin bertemu dengan kalian berdua.”

Tansen dan Birbal seperti Tom And Jerry (terserah kalian mau menganggap siapa yang Tom aNd siapa yang Jerry disini    )

Tansen dan Birbal berebut untuk lebih dulu menemui Jalal, mereka berdua saling tarik menarik. Dan Birbal berhasil lari duluan. Semua yang ada di sana tertawa melihat ulah Tansen dan Birbal.

Keesokan harinya, di ruang Dewan, semua orang sudah berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan luar biasa yang sangat tidak biasa. Kenapa aku bilang begitu? karna Tansen yang biasanya bernyanyi, saat ini akan melawak. Dan Birbal yang biasanya melawak dengan kejenakaannya, saat ini akan bernyanyi. Tansen dan Birbal sudah duduk di tempatnya masing-masing.

Dari balik tirai Hamida bertanya pada Salima : “Apa hari ini akan ada sesuatu yang spesial, Ratu Salima?”

Salima menjawab : “Benar, Ibu. Aku yakin kita akan menyaksikan sesuatu yang menarik hari ini. Ratu Jodha bilang padaku kalau Mahesh Das akan bernyanyi untuk kita semua. Dan Tansen akan menghibur kita dengan lelucon dia.”

Ruqaiya yang mendengarnya bingung : “Apa? Ratu Salima, aku rasa kau salah. Tansen akan bernyanyi, dan Mahesh Das akan melawak.”

Salima : “Tidak, Ratu Ruqaiya. Aku tidak salah. Mereka berpikir kalau diri mereka lebih baik dari yang lainnya. Mereka saling menghina bakat mereka. Itu sebabnya Shahenshah perintahkan mereka untuk mengganti peran mereka untuk memberikan mereka pelajaran.”

Jodha hanya tersenyum mendengarkannya.

Hamida menyela : “Aku yakin kompetisi ini akan sangat menarik”

Tansen terlihat gugup, wanita yang duduk di sebelahnya lalu berbisik : “Kau kelihatan sangat cemas.”

Tansen : “Terima Kasih telah mencemaskan aku. Tapi aku tidak apa-apa.”

Wanita itu kembali berkata : “Tuan, apa aku bisa membantumu?”

Tansen : “Kalau kau ingin membantuku, maka beritahu aku lelucon yang bisa aku gunakan. Aku harus bisa membuat semua orang tertawa, tapi aku belum menyiapkan apa-apa.”

Wanita itu berkata : “Baiklah, aku yakin kau akan suka lelucon ini. Aku mendengar Mahesh Das mengatakan lelucon ini pada seseorang hari ini.”

Tansen tersenyum, sementara Birbal yang duduk tepat berhadapan dengannya terlihat santai-santai saja dari awal dia melihat kecemasan Tansen. Wanita itupun lalu membisikan Tansen lelucon yang ia dengar saat Birbal bersama Jalal di taman. Mata Tansen terus menatap tajam pada Birbal. Setelah wanita itu menyampaikan lelucon yang di dengarnya, Tansen tersenyum dan berkata : “Terima Kasih, ini bagus sekali. Ini pasti akan sangat menarik”

Jalal lalu berjalan memasuki ruangan, semua orang berdiri dan membungkuk memberi salam.
Jalal berkata : “Siapa yang akan menduga kalau hari ini kita semua akan menyaksikan kompetisi aneh ini. Aku berharap semua orang terhibur dengan acara hari ini. Mari kita langsung mulai saja.”

Jalal lalu duduk di singgasananya, dan semua orang'pun ikut duduk di tempatnya masing-masing. Todar Mal tetap berdiri di samping Jalal.

Dalam hatinya Tansen berkata : “Shahenshah sangat tahu kalau aku adalah penyanyi yang hebat. Dia tahu aku bukan pelawak. Aku berharap Mahesh Das yang akan tampil duluan.”

Birbal yang duduk tepat berhadapan dengan Tansen'pun tak kalah gaLau'nya dari Tansen. Dalam hatinya Birbal'pun berkata : “Oh Dewa, Aku berharap Shahenshah tidak menyuruhku untuk tampil duluan.”

Todar Mal lalu berkata : “Shahenshah ingin tahu, siapa diantara kalian berdua yang akan tampil terlebih dahulu?”

Tansen mengarahkan tangannya ke arah Birbal, hendak meminta Birbal untuk tampil duluan. Tapi belum lagi Tansen berbicara, Birbal menyela dan berkata : “Tansen harus tampil duluan. Karena dia adalah anggota Dewan yang lebih lama dari aku.”

Tansen tampak gugup, Jalal tersenyum dan Birbal kembali melanjutkan ucapannya : “Jadi berdasarkan senioritas, Tansen'lah yang harus memulainya duluan”

Jalal lalu berkata : “Tansen....Ceritakan lelucon pada kami. Kau harus bisa membuktikan kalau kau memang lebih berbakat.”

Tansen menatap Birbal, Birbal senyum-senyum seolah meledek. Dengan terbata-bata Tansen menjawab : “baiklah, Shahenshah.”

Jodha dan Ruqaiya yang sama-sama memangku baby tesenyum saat akan menyaksikan pertunjukan aneh ini. Tansen menatap kesekeliling dengan wajah bingung, sementara Birbal muka'nya cuek sok asik.

Tansen lalu berdiri dan memulai lawakannya dengan wajah gugup yang datar : “Shahenshah, dulu ada Raja yang sehebat dirimu yang memiliki penyanyi di Dewan'nya. Tapi dia tidak seperti aku. Dia sering menyanyikan lagu untuk Raja. Tapi Raja itu selalu memintanya untuk menyanyikan lagu yang sama berulang-ulang.”

Birbal menatap Jalal dengan wajah yang seolah bertanya-tanya, Jalal terlihat menahan tawa. Tansen tidak tahu kalau Jalal sudah mendengar lelucon itu dari Birbal siang tadi. Tapi Jalal tetap berusaha menutupi semuanya dan seolah dia belum pernah mendengar lelucon itu.

Tansen kembali melanjutkan lawakan'nya yang ga' lucu, karna cara penyampaian dia muka'nya datar kayak orang yang mau ujian, bukannya mau melawak...
wkwkwkwkwkkk_    

Tansen : “penyanyi itu bingung, Dia sering bertanya-tanya pada Raja yang selalu meminta lagu yang sama.”

Jalal pura-pura o0n, ia melirik kearah Birbal, lalu bertanya pada Tansen : “Lagu yang sama?”

Dengan serius Tansen menjawabnya : “Benar sekali, Shahenshah. Lagu yang sama berulang-ulang.”

Jalal menatap Birbal, muka om Birbal ini lucu banget. Birbal cuma mlongo melihat Jalal. Jalal tersenyum dan kembali bertanya pada Tansen dengan wajah sok polos : “Kenapa memangnya?”

Tansen : “Shahenshah, itu dia yang menarik. Sebenarnya Raja itu tidak pernah bisa mengerti apa yang dinyanyikan dia. Raja ingin memahami lagunya, tapi penyanyi itu selalu berpikir kalau Raja memuji bakat dia.”

Jalal tersenyum getir (senyum'nya cuma menghargai usaha Tansen, karna sebelum'nya dia sudah mendengar lawakan ini dari Birbal) Jodha, Ruqaiya, Hamida dan Salima'pun tersenyum mendengar lawakan yang di sampaikan Tansen. Sementara itu om Birbal kesal, ia berkata dengan suara yang sangat pelan : “Dasar Pencuri. Dia mencuri leluconku.”

Jalal memuji Tansen : “Bagus, Tansen. Kau bukan saja penyanyi berbakat, tapi kau juga seorang pelawak handal.”

Tansen tersenyum bangga, ia kemudian kembali duduk di tempatnya.

Todar Mal berdiri, ia berkata : “Mahesh Das,sekarang giliranmu untuk tampil. Kau harus membuktikan kalau kau tidak akan kalah dalam hal bernyanyi.”

Birbal : “Baiklah, Shahenshah”

Jalal manggut-manggut dan tersenyum.
Birbal tidak langsung bernyanyi, ia menyampaikan pidato dulu sebelum bernyanyi (lucu skali om birbal ini, bukannya langsung adjah, ini malah pake' cicit cuit duyu, ahahahahahaaa X_x )

Birbal : “Aku sudah menghibur semua Dewa dengan bakat menyanyiku. Lagu yang akan aku tampilkan untuk kalian semua ini berdasarkan yang tersangkut. Ini lebih dikenal dengan Gardhav Raga. Ini mungkin terdengar seperti suara Keledai. Raga ini bisa dinyanyikan setiap saat dan dimana saja. Pasangan kekasih juga suka di hubungkan dengan raga ini. Jadi, lagu ini aku beri judul "Aku Tersangkut" (ampuuuuuuuuuunnnn om birbal, lagu apa'an tuh X_x ahahahahahahahaaa_ denger judul'nya adjah udah pasti buat orang ketawa ngikik macam anak kunti  )

Birbal lalu mulai bernyanyi dengan suara cempreng amburadulnya. Semua orang tertawa mendengar irama awal dari lagu Birbal yang di beri judul "Aku Tersangkut".
Bibir om Birbal mulai cuap-cuap seperti ikan cupang yang laper...
Hahahahahahahaaa_ 

Birbal menyanyi (entah lagu apa ini) : “Gitar, "Aku Tersangkut"
Gendang, "Aku Tersangkut"
Tabia, "Aku Tersangkut"

Birbal lalu loncat-loncat seperti kera yang belum mandi.
Ia terus berdendang ga' jelas : “Aku Tersangkut seperti tepung di penggilingan.”

Semua orang bereaksi sama saat mendengar Birbal bernyanyi, mereka semua tertawa. Birbal menghentikan nyanyian'nya, ia bertanya dan meminta semua orang untuk menyanyikan lagu ga' jelas itu : “Kenapa semua hanya diam saja? Bernyanyilah bersamaku, semuanya.”

Semua orang serentak mengulang lirik yang menjadi judul lagu tersebut : “Aku Tersangkut”

Birbal kembali bernyanyi : “Aku membuat kesalahan besar.”

Jodha dan Ruqaiya menyebutkan lirik yang menjadi judul, secara bersama : "Aku Tersangkut"

Birbal : “Takdir telah mempermainkan aku”

Ratu yang lain ikut tertawa dan melanjutkan lirik yang menjadi judul : “Aku Tersangkut”

Birbal terus berdendang dengan lagu ga' jelas sambil joget-joget sperti cacing kepanasan : “Aku Tersangkut, Tersangkut, Tersangkut.”

Tansen kesal, ia tidak suka dengan penampilan Birbal. Tansen menegur di tengah-tengah penampilan Birbal : “Mahesh Das, apa yang kau lakukan? Ini bukanlah musik, Kau menjelekan nama musik”

Birbal dengan wajah lucunya berkata : “Aku tahu, Tansen. Itu sebabnya...”

Birbal kemudian kembali berdendang : “Aku menggali diriku sendiri ke lubang ini.”

Todar Mal melanjutkan lirik'nya : “Aku Tersangkut”

Birbal berdendang lagi : “Aku pantas di permalukan untuk semua yang telah kulakukan.”

Ruqaiya melanjutkan liriknya : “Aku Tersangkut”

Birbal berdendang lagi dengan wajah yang lebih menggemaskan : “Aku bodoh karena terkena perangkap ini. Yang bisa aku lakukan adalah berharap Shahenshah akan terkesan dengan usahaku ini.”

Jalal gugup, ia melihat kesekeliling, dengan wajah malu-malu meong, Jalal ikutan mengucapkan lirik yang juga menjadi judul lagu Birbal : “Aku Tersangkut”

Jodha dan Ruqaiya tertawa dari balik tirai melihat Jalal.
Birbal lalu joget-joget ga' jelas : “Aku Tersangkut, Tersangkut, Tersangkut, Tersangkut.”

Jalal tertawa geli, ia lalu berdiri memuji Birbal : “Bagus sekali, Mahesh Das.”

Birbal mengatupkan tangannya, seolah berterima kasih atas pujian Jalal.

Jalal kembali memuji Birbal : “Kau bukan saja bernyanyi, tapi kau juga sangat menghibur kami semua. Bagus sekali.”

Jalal lalu berkata pada Birbal dan Tansen : “Mahesh Das dan Tansen. Kalian berdua tampil dengan sangat bagus. Aku yakin kalian berdua pantas mendapat pujian dariku. Itu karna kalian berdua berhasil melaksanakan sesuatu yang tidak biasa kalian lakukan.”

Jalal bertanya pada Tansen : “Apa yang mau kau katakan mengenai hal ini, Tansen?”

Tansen : “Shahenshah, aku dengan hati terbuka menerima kalau meskipun Mahesh Das tidak bisa bernyanyi, tapi dia sangat hebat. Tujuan dari semua ini adalah untuk menghibur penonton. Dan Mahesh Das hebat dalam melakukan hal ini. Dan Shahenshah, hal terpenting yang harus di catat adalah, usaha dia orisinil. Bukanlah curian seperti usahaku.”

Jodha sambil menggendong baby Hassan tersenyum sumringah dari balik tirai. Jalal lalu berkata : “Itu tidak benar, Tansen. Kau sudah membuat kami semua tertawa. Aku sudah tahu kalau lawakan itu bukanlah milikmu. Tapi karna kau jujur kalau itu bukanlah lawakanmu, itu telah membuktikan betapa hebatnya dirimu. Tidak banyak orang yang bisa begitu. Kau pantas untuk di puji.” (Ucapan Jalal ini menyindir tukang copas, kadang udah jelas" copas tulisan orang, masih ga' mau ngaku    )

Jalal lalu berkata kepada Birbal dan Tansen : “Mahesh Das, Tansen. Aku ingin kalian berdua mendekat dan menerima hadiah sebagai pemenangnya.”

Tansen dan Birbal berjalan lebih mendekat ke Jalal. Jalal tersenyum dan melanjutkan ucapannya : “Menurut pendapatku, mereka berdua telah membuktikan kehebatan mereka. Mereka berusaha keras dimana yang lainnya mengakui kelemahan mereka. Mereka berdua adalah anggota penting Dewan Kerajaan ini. Jadi aku ingin mereka berdua untuk, saling memuji satu sama lain”

Tansen mengangguk dan berkata : “Baik, Shahenshah”

Tansen dan Birbal saling berhadapan, Jalal berdiri di tengah mereka berdua. Tansen berkata kepada Birbal : “Mahesh Das, yang kau lakukan hari ini tidak bisa di anggap sebagai kompetisi musik tradisional. Tetapi, kau berhasil mengajak semua penonton ikut bernyanyi bersamamu. Dan itu bisa dianggap sebagai aliran musik yang berbeda.”

Birbal : “Tansen, kau seniman yang sangat hebat. Kau tahu semua mengenai musik. Kau berani sekali melawak tentang musisi.”

Semua tersenyum sumringah, termasuk Jalal dan Jodha. Tapi senyuman Jodha tiba-tiba berubah menjadi kecemasan saat melihat mulut Hassan berbusa. Ia melihat kanan kiri dan kembali menatap Hassan.

Ruqaiya yang saat itu juga sedang menggendong baby Hussein melihat baby Hassan mulutnya berbusa. Ruqaiya berkata : “Ratu Jodha, mulutnya berbusa”

Hamida terkejut dan langsung berdiri mendengar ucapan Ruqaiya, Jalal'pun langsung berhenti tersenyum, ia menoleh ke Tirai.

Ruqaiya melanjutkan ucapannya : “Kita harus segera memanggil tabib.”

Ruqaiya berteriak : “Tabib”

Jalal panik, ia pun berteriak menyuruh untuk memanggil Tabib : “Cepat panggil Tabib!!”

Jodha mengelap mulut baby Hassan yang berbusa dengan tangannya.

‪#‎mulai‬ siapin Tissue dan siapin duit untuk beli isi ulang air mata. Karna mulai dari sinilah Sad episode akan di mulai. Setelah ini akan lebih menguras emosi dan air mata lagi.#

Dikamar Jodha, Tabib sedang memeriksa keadaan baby Hassan. Jodha duduk disisi ranjang mendampingi baby Hassan. Sementara itu Jalal, Salima, Hamida, Gulbadan dan Moti berdiri disisi ranjang. Wajah Jodha terlihat sembab, air mata mulai menetes di wajah cantiknya. Jalal dan yang lainnya tampak sangat cemas. Maan Singh menunggu di luar kamar Jodha sambil terus bolak-balik melihat kedalam dengan perasaan cemas & khawatir.

Jodha bertanya-tanya dengan kecemasan yang mendalam : “Kenapa dengan dia? Aku tidak memberikan dia apapun selain ASI.”

Hamida menenangkan Jodha : “Jangan khawatir, Jodha. Bayi sering mengalami hal seperti ini. Dan disini juga sudah ada tabib. Hussein juga pernah mengalami hal seperti ini”

Tabib menyela : “Iya, tapi kurasa busa ini berbeda.”

Jodha semakin panik. Jalal bertanya dengan wajah bingung : “Apa maksudmu, Tabib?”

Tabib : “Maksudku, Shahenshah. Aku sudah periksa semuanya. Tapi aku melihat ada yang salah. Mungkin ini penyakit dalam.”

Jalal semakin panik dan cemas, ia menegaskan suaranya : “Kau adalah Tabib Kerajaan. Kau harus tahu apa yang salah. Kalau kau tidak bisa menyembuhkan anak kami, kami akan memanggil Tabib yang lain!”

Jalal berteriak memerintahkan Maan Singh : “Maan Singh, cepat panggil tabib dari Peshawar kesini, secepatnya!”

Maan Singh mengangguk dan bergegas pergi. Jalal terlihat semakin panik.

Tabib berkata : “Ada yang salah dengan perut dia, Shahenshah”

Jodha menjadi panik, Salima memegang pundak Jodha mencoba untuk menguatkan Jodha.

Jodha : “Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa salahku? Kenapa anakku menderita seperti ini?”

Salima : “Jangan patah semangat, Ratu Jodha. Percaya pada Tuhan. Kau harus tetap kuat.”

Wajah Jalal mulai sembab, matanya berkaca-kaca, dengan suara lirih menahan tangis ia berkata : “Aku sangat memohon padamu Tabib. Tolong lakukan sesuatu. Tolong sembuhkan anakku.”

Adegan berpindah ke kamar Ruqaiya. Ruqaiya tampak panik, Hussein terlihat sedang disusui oleh Zenat si biang masalah.

Ruqaiya : “Ya ALLAH, aku sangat khawatir. Tidak ada bayi yang seharusnya sakit seperti itu.”

Hosiyar masuk, Ruqaiya lalu berdiri dan bertanya : “Hosiyar, bagaimana keadaan Hassan?”

Hosiyar sedih, matanya berkaca-kaca, ia berkata : “Keadaannya sangat tidak baik, Yang Mulia. Mulutnya masih berbusa. Bahkan tabib kerajaan tidak tahu apa yang salah dengan dia.”

(Mukanya Zenat terlihat sangat menyebalkan, rasanya pengen gw colok tuh matanya pake linggis  )

Ruqaiya panik, ia berkata : “Ya Tuhan, aku yakin Ratu Jodha pasti sangat khawatir saat ini.”

Sambil menyusui Hussein, matanya Zenat terus lirik-lirik kesana kemari, dalam hatinya ia berkata : “Hemb, keadaannya sangat tidak baik. Itu artinya yang aku racuni adalah Hassan. Aku yakin tidak akan ada yang bisa mendeteksinya penyebabnya. Tabib itu juga pasti tidak akan bisa mendeteksinya. Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan anak-anaknya Jalal sekarang.”

Ruqaiya masih tampak panik, ia berkata : “Aku harus menemui Ratu Jodha sekarang juga.”

Ruqaiya lalu meminta Hassan yang sedang disusui oleh Zenat : “berikan dia padaku, aku akan mengajak Hussein bersamaku. Dia pasti sudah kenyang sekarang.”

Zenat memberikan baby Hussein ke Ruqaiya. Ruqaiya lalu bergegas pergi membawa baby Hussein bersamanya menuju kamar Jodha untuk melihat keadaan Hassan dengan di ikuti Hosiyar.

Di kamar Jodha, Jodha berjalan mendekati Patung Dewa Krishna, ia duduk, menangis dan memohon di depan patung Dewa Krishna : “Kahna, tolong lindungi anakku, Kahna. Lindungi anakku, Kahna. Lindungi Kahna, Lindungi Kahna.”

Tiba-tiba Tabib berseru : “
Nafasnya mulai menurun”

Jalal dan Jodha terkejut mendengar apa yang di ucapkan Tabib. Jodha bergegas menghampiri. Jodha menggenggam lengan Jalal dan memohon : “Shahenshsah, kumohon lakukan sesuatu. Anakku Hassan tidak boleh kenapa-kenapa.”

Jalal mencoba menenangkan Jodha, ia merangkul Jodha dan membelai wajah Jodha dengan penuh kasih sayang walau sebenarnya ia'pun sangat khawatir dengan keadaan Hassan. Jalal berkata dengan suara lirih menahan tangis tapi tetap sok tegar : “Jangan khawatir, Ratu Jodha. Disini ada tabib yang akan menolong anak kita. Anak kita tidak akan apa-apa. Ya, anak kita akan baik-baik saja, akan baik-baik saja.”

Jalal terus merangkul Jodha, sementara itu Tabib masih terus memeriksa keadaan Hassan.

Ruqaiya datang dan bertanya : “Ada apa dengannya? Tabib, tolong katakan sesuatu. Tapi apa yang salah dengannya?”

Tabib menjelaskan : “Yang Mulia, aku juga tidak tahu apa yang salah dengan bayi ini”

Jodha langsung duduk disisi ranjang mendampingi Hassan, sementara yang lain'nya tetap berdiri mengelilingi.

Jodha bertanya pada Tabib dengan air mata yang berlinang dan suara lirih : “Tapi kau pasti bisa menyembuhkan anakku, bukan?”

Tabib : “Tidak, Tidak, aku tidak tahu harus melakukan apa.”

Jalal geram mendengar apa yang di katakan Tabib, Jalal terlihat sangat marah. Dengan menunjuk Tabib, Jalal membentak : “Kau adalah Tabib! Tugasmu adalah mengobati orang! Sudah menjadi kewajibanmu untuk menyelamatkan hidup seseorang. Kau harus bisa menyelamatkan anakku secepatnya!”

Jodha lalu menggendong Hassan kedalam pelukannya : “Hassan. Buka matamu anakku, buka matamu, Hassan. Hassan, buka matamu.”

Jodha mengayun-ayun baby Hassan di tangannya sambil terus menangis. Jalal mendekat, ia memegang pundak Jodha dan mencoba menenangkan Jodha : “Jangan Khawatir, Ratu Jodha. Tabib pasti akan bisa menyembuhkan anak kita. Kau tenang saja”

Jodha membentak dengan berurai air mata : “Apa maksud ucapanmu?! Aku harus bagaimana sekarang?! Aku yakin anakku tidak akan knapa-knapa.”

Jodha kembali melembutkan suaranya, dengan lirih dan terus berurai air mata ia berkata kepada baby Hassan : “Hassan, buka matamu. Lihatlah Ini ibumu. Anakku, lihatlah ibumu. Kau kenapa anakku? Bukalah matamu. Hassan, lihat ibumu anak pintar, Hassan”

Tiba-tiba dari mulut baby Hassan mengeluarkan busa yang lebih banyak, Jodha terkejut melihatnya. Jodha menatap wajah Jalal, lalu menatap baby Hassan. Jodha semakin panik, Jalal'pun menampakkan wajah yang tak kalah paniknya. Jodha lalu mengelap mulut baby Hassan dengan selendangnya dan kembali menidurkan baby Hassan.

Jodha semakin panik karna baby Hassan tidak merespon apapun, Jodha terus memanggil-manggil nama Hassan.
Jodha menatap Jalal, dan kemudian melihat ke arah baby Hassan lagi dan berkata : “Ada apa ini? Ini? Hassan? Hassan? Hassan?”

Jodha terus menyebut nama Hassan, tapi baby Hassan tetap diam tak merespon. Jodha lalu meyandarkan kepalanya di dada baby Hassan, ia mencoba merasakan detak jantungnya.

Jodha panik, ia kembali berkata kepada baby Hassan sambil terus berlinang air mata : “Ayo bangun, anakku. Jangan tidur terus. Kau pasti mau bermain dengan Ibumu, bukan? Bukalah matamu. Lihat ibumu disini. Kau anak yang pintar bukan? Bukalah matamu. Jangan tinggalkan Ibumu, anakku.”

Jalal tak kuasa menyaksikan Jodha seperti itu, tapi ia tetap berusaha menahan tangisnya. Jodha bersikap seperti orang gila. Ia terus berbicara kepada baby Hassan yang telah tiada : “Haaaaaaa... Hassan, Hassan, ayo bangun”

Jalal terlihat semakin sesak, ia menahan tangisnya, wajahnya sembab, mata'nya pun berkaca-kaca, Jalal benar" tak kuasa menyaksikan kehancuran Jodha.

Jalal membelai lembut kepala Jodha dan berkata dengan lirih dan terbata-bata karna menahan tangis : “Ratu Jodha, Hassan.....”

Belum lagi Jalal melanjutkan ucapannya, Jodha tiba-tiba langsung membentak : “Tidak, Shahenshah! Anakku tidak kenapa-kenapa. Anakku baik-baik saja.”

Jodha lalu menggendong baby Hassan yang sebenarnya sudah tidak bernyawa. Dengan penuh kasih sayang Jodha menggendong'nya dan membawa Hassan mendekat ke ayunannya. Jodha berkata : “Kau kenapa anakku sayang? Bukalah matamu, anakku. Bicaralah pada Ibumu. Lihatlah, aku akan meletakkan mu di tempat tidurmu dan mengayunmu”

Jodha meletakkan baby Hassan di ayunannya, Jodha terus mengayun baby Hassan. Jalal, Hamida, Salima, Ruqaiya, Gulbadan, Moti dan yang lainnya sangat sedih melihat Jodha. Mereka semua tak kuasa melihat kesedihan yang mendalam pada diri Jodha. Jodha benar-benar tidak bisa menerima kenyataan kalau baby Hassan telah tiada. Ia bersikap seolah-olah baby Hassan masih Hidup. Jodha duduk di sisi ayunan baby Hassan, ia terus mengayunnya dan membelai tubuh baby Hassan dengan lembut seraya berkata kepada baby Hassan dengan air mata yang terus berlinang : “Bukalah matamu Sayang, bicaralah pada ibu. Aku akan menceritakan dongeng yang indah untukmu.”

Hamida mencoba menenangkan Jodha dan menyadarkannya kalau Hassan telah tiada : “Jodha...Jodha”

Tapi Jodha malah bersikap aneh, seperti orang gila. ia menyuruh Hamida untuk tidak berisik.

Jodha berkata : “Dia mengenali suaraku. Kalian tunggu dan lihat saja. Anakku Hassan akan membuka matanya. Dia akan bicara padaku.”

Hamida menegaskan, ia berkata pada Jodha : “Jodha, Hassan telah meninggalkan kita untuk selamanya”

Jodha terdiam mendengar ucapan Ibu mertuanya, Ruqaiya tampak terkejut juga. Jodha menatap tajam ke arah baby Hassan dan perlahan menarik tangannya yang sejak tadi menggoyang-goyangkan badan baby Hassan agar baby Hassan bangun. Jodha menatap ke arah Jalal, tapi Jalal sudah tidak bisa berkata-kata, wajahnya sangat sembab, matanya berkaca-kaca, Jalal'pun merasakan kehancuran yang sama seperti Jodha. Jodha lalu kembali menatap baby Hassan dan berkata : “Tidak!”

Jodha lalu menatap Ibu mertuanya dan berkata : “tidak, tidak tidak tidak, Ibu. Hal ini tidak mungkin terjadi.”

Hamida langsung mendekap Jodha kedalam pelukannya, Jodha menangis histeris, ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Ibu mertuanya. Semua yang ada disana'pun ikut menangis mengiringi kematian baby Hassan. Dan tiba-tiba Jodha pingsan di dalam pelukan ibu mertuanya...
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
1 Komentar untuk "Jodha Akbar Episode 346"

Blog sinopsis paling passsss....thanx

Terimakasih atas kunjungan anda. Mohon tidak copy paste artikel yg ada di blog ini, terimakasih

 
Copyright © 2015 HimE aiMe - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top