by : kembang tanjoeng
Adegan dimulai dengan Jodha dan Moti Bai yang berpapasan dengan She
Devil Laboni diselasar Istana. Labonbin menyapa Jodha. Moti Bai dengan
lugunya meminta Labonbin untuk merayu Jodha agar mau berbagi cerita
karena kata Moti ia tampak tegang dan diam saja. “Apa yang harus ku
tanyakan?” kata Labonbin. Lalu Labobin mendekat ke Jodha dan menyentuh
dagunya, sambil berkata: “Saat suami sedang sakit bagaimana mungkin hati
mu tenang?
Dan Kakak ku ini, bukan kah hampir seluruh hidupnya berkisar pada
Shahenshah? Bagaiman Kakak? Bukankah perkataan ku ini benar? Jodha
berjalan membelakangi Labonbin dan menyuruh Moti Bai agar pergi duluan
ke Shahensha karena ia harus diberikan obat. Dengan lancangnya Labonbin
memegang dagu Jodha dan mengancamnya: “Jodha sebaiknya kau lupakan saja
Shahenshah. Ingat akan janji mu pada ku! Jodha memandang geram kearah
Labonbin dan menjawab: “Tentu aku ingat. Aku akan menepati janji ku!!!
Tetapi aku mohon agar biarkan aku disini merawat Shahenshah sampai ia
sehat kembali.

Aku tak bisa pergi membiarkannya!!!” Laboni marah dan menunjuk-nunjuk
ke wajah Jodha: “Suami mu sakit hanya karena efek mantar ku!!! Dengan
mudah aku akan membuatnya sehat kembali jika kau sudah meniggalkan
istana ini!!! Tak perlu lagi kau pikirkan Shahenshah. Segera tinggalkan
istana hari ini juga!!! Jika kau sampai tak jadi pergi maka aku akan
membunuh Jalal beserta seluruh keluarganya!!! Sebelum membunuhnya aku
akan menyiksa mereka semua. Apakah kau mau aku melakukan hal itu? Kau
mau bertanggung jawab atas penderitaan yang dirasakan Ibumu Hamida?
Juga putri mu Aram Banu?!?!?!”

Jodha terkejut akan kekejian hati Labonbin. Jodha menjawab: “Jangan kau
lakukan hal itu! Aku akan pergi hari ini juga. Jangan kau sakiti
keluarga ku!” Laboni mengolok Jodha dengan memeluk sambil berkata: “Nah
begitu dong itu baru Kakak ku yang baik hati” Kemudian Labonbin pun
pergi.

Adegan memperlihatkan Jalal yang terbaring di kamarnya dikelilingi oleh
Hamida, Salima dan Ruqaiya. Hamida terdengar memberi nasihat kepada
Jalal: “Jalal sebaiknya sampai kau sembuh urusan kerajaan kau serahkan
kepada Jodha saja” Ruqaiya langsung pasang muka kesal. Ia pun berkata
dalam hati: “Huh Jodha lagi Jodha lagi. Kenbapa sih apa-apa selalu
Jodha??!?!”

Jodha tampak telah hadir ditengah-tengah mereka. Jodha berkata: “Tidak
Amijan. Aku tak dapat memikul tanggung-jawab ini” Wajah Ruqaiya langsung
terlihat kaget. Jalal lalu memandang sedih kea rah Jodha dan berkata:
“Ayo lah kau jangan begitu. Kau tahu benar bahwa kau sama mampunya
dengan ku. Jika seorang Raja sedang tidak sehat maka selayanya sang
Permaisurinya lah yang menggambil alih” Jodha terlihat jadi serba salah:
“Aku mengerti maksud mu Shahenshah. Akan tetapi aku tak dapat menerima
tugas ini”

Salima heran dan bertanya: “Akan tetapi mengapa Jodha?” Jodha
menjawab: “Karena aku harus pamit pergi ke Mathura. Aku harus
melaksanakan Pooja demi Shahenshah disana” Hamida pun berdiri
menghampiri Jodha dan berkata: “Putri ku Jodha tak bisa kah kau menunda
kepergian untuk Pooja mu kesana? Jalal sedang sakit sekarang ini?”

Jodha terlihat semakin berat hatinya: “Begitulah ritual yang aku
percayai. Aku harus segera pergi melakukan Pooja kesana demi Shahenshah.
Aku yakin dengan begitu doa ku akan dikabulkan Tuhan. Shahenshah akan
bisa cepat sehat kembali. Oleh karenanya aku tak dapat menunda Pooja
ini” Hamida pun tampak maklum: “Jika memang begitu keharusan nya maka
pergi lah”

Ruqaiya langsung menyelak bicara tampaknya ia lega Jodha tak jadi
menggantikan Jalal: “Ya Jodha selama kau pergi kami akan mengurus Jalal
dengan baik” Ruqaiya memandang ke Salima sambil menggangukan kepala.

Sejak tadi Jodha memadang ke arah Jalal dengan mata yang berkaca-kaca.
Hampir ia tak kuasa menahan air mata saat Jalal memandangnya. Jodha
lalu pamit: “Prenam aku harus mempersiapkan kepergian ku”

Di kamarnya Labonbin tertawa-tawa karena puas telah membuat Jodha tak
berkutik. Katanya: “Aku segera akan mendapatkan semua yang ku impikan.
Jodha akan segera enyah dari sini. Dan Jalal akan selamanya menjadi
milik ku seorang saja. Bukan kah kau tak menyangka hal ini bisa terjadi?
Jodha mengetahui segalanya tetapi ia tak berdaya melakukan perlawanan.

Si dungu Jodha telah menyerahkan seluruh hidupnya pada ku. Jika aku
menjadi dirinnya maka tak semudah itu aku merelakan!!!” Dammu menjawab:
“Pekerjaan kita akan menjad lebih mudah sekarang. Kita akan
menyelesaikan tahap akhir sihir kita ini.

Labonbin: “Sekarang tak akan ada lagi yang menghalangi ku” Dammu
kemudian memperlihatkan sesuatu kepada Labonbin: “Lihat kemari Laboni”
Dammu membacakan mantra pada semangkuk bubuk putih yang kemudian berubah
jadi merah.

Katanya lagi: “Deko Laboni yeh abhi mantra hei. Lihat Laboni ini lah
hasil mantra ku. Eise Jalal par lagana hoga ja ap ko, Kau harus melumuri
Jalal dengan bubuk sebelum ia bisa menjadi milik mu.

Adegan pindah ke Salim yang sedang membaca surat dari Anarkali. Isi
surat mengatakan semoga surat ini bisa membuat Salim tersenyum bahagia.
Bahwa Anarkali selalu mendoakan keberhasilan Salim dan bisa segera
pulang. Salim tersenyum dan mencium surat itu (OMG niru-niru Jalal nih)
Rahim datang menghampiri dan memberi salam: “Salam hormat ku kepada Shah
Shah Salim” dan

Salim berdiri lalu berkata: “Kakak Rahim kau ini adalah Kakak ku tak
perlu kau mengucapkan salam itu kepada ku. Apakah kau sudah berhasil
mendapatkan info siapa yang berusaha membunuhku kemarin?”

Rahim menjawab: “Aku belum mendapat informasi lain. Mudah-mudahan
secepatnya. Mulai sekarang kau akan dikawal ketat” Salim berkata: “Tidak
tidak Kakak. Tidak perlu. Kakak aku akan baik-baik saja. Aku harus
menangkap Maharana Pratap hindup atau mati. Kita harus mencari siasat
lain untuk menangkapnya”

Rahim menjawab: “Kita sudah mencari-cari dia dimana-mana akan tetapi
Maharana Pratap tidak pernah terlihat muncul” Salim: “Kita harus
berusaha lebih keras dan minta semua prajurit untuk membuka mata dan
telinga lebar-lebar. Di setiap jalanan, di hutan, di perbatasan, maupun
di setiap pasar. Tak lama lagi aku harus kembali ke Agra” Rahim
mengiyakan.

Jodha tampak sedang menyiapkan barang-barangnya untuk dibawa pergi. Ia
memegang Dupatta Biru yang dipilihkan Jalal waktu lalu. Jodha flashback
saat mala itu. Moment indah dan mesra saat Jalal memasangkan Dupatta itu
dan dikepalanya lalu memujinya: “Ap itni khubsurat hei. Kau sangat
cantik sekali”

Tanpa disadari nya Jalal masuk kekamar dan berdiri dibelakangnya:
“Kelihatannya kau ingin segera pergi?” Jodha buru-buru mengusap air mata
nya. Kemudian ia minta Moti Bai meninggalkan mereka berdua. Jodha
mengajak Jalal duduk: “Kau sedang tak sehat mengapa kau datang
menghampiri ku kemari? Kau bisa memanggilku datang ke kamar mu”

Jalal berkata: “Aku tahu pasti kau sedang sibuk makanya aku ingin
mendatangi mu” Jodha tampak tak mampu menahan rasa sedihnya makanya ia
berdiri hendak menjauh dan kembali membereskan baarang-barangnya. Jalal
mencegahnya. Katanya: “Mau kemana? Duduk dulu lah bersama ku disini.
Biarkan aku memandang mu. Luangkan lah waktu mu untuk bersama ku. Tak
tahu kapan kita akan jumpa lagi?”

(OMG kok Jalal ngomongnya tak tahu kapan bisa ketemu lagi? Apa
maksudnya? Bikin jadi takut nih) Mata Jodha semakin berkaca-kaca. Dalam
hatinya Jodha berkata: “Aku tak ingin pergi meninggalkan mu Shahenshah
akan tetapi aku lakukan ini demi nyawa mu. Aku harus menjauh dari mu”
Jodha berkata: “Shahenshah kau harus menjaga diri mu baik-baik.

Jangan lupa minum ramuan obatmu (Khada), jangan berlatih pedang” Jalal
berkata: “Jodha mengapa kau berkata-kata seolah kau tak akan kembali
lagi?” Jodha memandang Jalal dan airmatanya sebentar lagi akan menetes d
ipipinya. Jodha
untuk bercerita.

Akan tetap Jodha mengelak dan menepis dugaan Jalal: “Tak ada apa-apa
Shahenshah. Sama sekali tak ada apa-apa” Lababoni si kepo tiba-tiba
muncul dipintu kamar dan tampak dia cemas Jodha mengadukanannya.

Dengan seenaknyaLababoni masuk dan memutus pembicaraan mereka. Dia
bilang ke Jodha: “Kakak tandu mu sudah siap menanti” Jalal yang agak
kesal menyindir Lababon: “Kakak mu tak akan meninggalkan ku” Lababoni
malah centil dan dengan lancang menarik Jodha agar berdiri dan ia pun
duduk merangkul lengan Jalal. Lababoni: “Wah wah Kakak ini. Jangan
kuatir Kakak aku akan mengurus Shahenshah disaat kau tak berada disini”

Jodha menjawab dingin: “Aku tahu itu” Dengan berat hati Jodha berkata kepada Jalal: “Baiklah Shahenshah aku mohon diri”

Kamera memperlihatkan Jodha berada di halaman istana. Dari balkon
istana tampak Jalal, Hamida, Ruqaiya, dan Salima memadang ke Jodha di
bawah. Jodha memberi salam hormat dan tersenyum kepada Jalal. Jalal
terus memandangi Jodha dengan sebuah senyuman yang terlihat getir. Jodha
kemudian melihat Lababoni dan Dammu berdiri di jendela lain.

Dammu dengan kurang ajar berkata: “Laboni duri lancang itu telah
berhasil kita singkirkan, Sekarang kita harus bersiap untuk malam ini”
Jodha terus memandang kearah Jalal sebelum akhirnya ia menunduk dan
menyembunyikan air matanya. Jodha pun berjalan ke tandu dan masuk akan
tetapi ia terus mengekuarkan kepalanya dan memandangi Jalal dari jauh.

Terlihat Jodha amat cemas meninggalkan Jalal ditangan kotor She Devil
Laboni. Jalal pun tak lepas memandang istri tercintanya itu dengan wajah
muram. Tandu keluar dari halaman istana dan Ruqaiya berkata pada Jalal:
“Jalal kau tak perlu cemas. Jodha akan segera kembali. Sebaiknya kau
pergi beristirahat” Ruqaiya tampak menuntun Jalal kedalam”

Malam ini Dammu tampak sedang menggenggam boneka sihirnya. Laboni
bertanya sedang apa? Dammu berkata: “Aku menanti Bulan Laboni agar bisa
melaksanankan ilmu sihir kita ini. Boneka ini telah membantu kita dan
sekarang boneka ini akan membantu kita lagi. Kau harus membawa Jalal ke
hutan lagi.

Dengan sombong Lababoni berkata: “Sekarang Jodha tekah kita usir dari sini maka tak akan ada yang akan menghalangi ku lagi”

Ruqaiya
terlihat menuntun Jalal memasuki ruangan Catur. Ia ingin menghibur
Jalal dengan mengajaknya main. Kata Ruqaiya: “Aku pikir kau pasti akan
merasa senang berada di ruang catur ini. Ayo bagaimana kalau kita main
catur? Kau mau memilih bidak warna apa?” Jalal: “Aku memilih bidak
putih” Ruks berkata: “Kalau begitu aku akan mainkan yang hitam”
Sementara itu tanpa mereka sadari Lababoni ada disana. Ia tengah
menyamar menjadi salah satu bidak catur warna hitam.

Lababoni memandang tajam kearah Ruks dan berkata dalam hati: “Ruqaiaya
kau kau tak akan mampu menghalangi Jalal dari ku. Jalal harus datang
kepada ku mala mini!!!”

Sedangkan Jodha malam itu telah mencapai Gua tempat Yogi Udeynaat.
Jodha masuk dan memanggil-manggil sang Yogi. Tetapi tampaknya ia belum
kembali. Jodha teramat cemas: “Aku berani meninggalkan istana karena aku
berharap Yogi Udeynaat sudah menanti disini. Aku tak akan mampu melawan
sihir mereka sendirian. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada diri Jalal?
Aku tak bisa membiarkan Jalal sendirian. Aku harus menyelamatkan
dirinya walaupun itu berarti mengorbakan nyawa ku sekalipun”

PRECAP – cuplikan espisode 524 Sementara Jodha masih menanti
kedatangan Yogi Udeynaat di gua, si Perempuan gatel Laboni malah mulai
lagi buka2 baju Jalal. OMG banget yah. Setelah Jodha menanti cukup lama
di gua akhirnya Yogi Udeynaat tiba.

Mereka segera mengarah ke Istana sebelum semuanya terlambat. Mudah2an
Lanbonteng belum melakukan hal-hal yang menodai kesucian pernikahan
Jalal-Jodha.
2 Komentar untuk "Jodha Akbar Episode 523"
keren
seru juga ya ternyata
Terimakasih atas kunjungan anda. Mohon tidak copy paste artikel yg ada di blog ini, terimakasih