BY :
KEMBANG TANJOENG
Adegan dibuka memperlihatkan Jalal yang sedang tidur dan Jodha duduk
disamping Jalal sambil membelai kepalanya. Jodha tampak amat kuatir
dengan keadaan Jalal. Tiba-tiba kemudian Jodha berdiri dan mengambil
segulungan benang. Ia lalu mengikat ujung baju Shahenshah dengan ujung
Dupattanya. Jodha berkata: “Maafkan diri ku Shahenshah. Tetapi aku
harus melakukan hal ini demi kebaikan diri mu sendiri. Jika kau terjaga
malam ini maka aku akan ikut terjaga. Aku akan melindungi diri mu dengan
cara apa pun juga”

Kemudian Jodha pun tidur disamping suami tercintanya itu.
Keesokan
paginya tampak Murad sedang sendirian dikamarnya dan minum minuman
keras. Dari wajahnya tampak ia mabuk dan bete tingkat dewa. Apalagi yang
membuatnya kesal kalau bukan rasa iri hatinya kepada Salim.

Tiba-tiba Shahbuddin datang menghampirinya dengan membawa sebotol
minuman Anggur. Kata Shahbuddin: “Salam hormat ku Shehshade Murad. Aku
membawakan mu sebotol anggur yang sangat khas (istimewa). Minuman
ini berasal dari tempat yang jauh diseberang lautan. Tak lama lagi kau
bukanlah Gulam-nya Shahenshah (Gulam = budak). Murad masih tak mengerti
apa maksud Shabuddin: “Katakan apa alasannya kau berkata seperti itu?”
Shahbuddin: “Karena Pangeran… sebentar lagi kau akan mendapatkan gelar
baru.

Aku telah memerintahkan orang ku untuk membunuh Shah Shah Salim. Aku
merancangnya sedemikian rupa, sehingga semua orang akan mengira bahwa
Maharana Pratap lah yang membunuhnya. Oleh karenanya kau akan menjadi
Shah Shah yang baru. Dan tentunya tahta kerjaan Mughal ini akan menjadi
milik mu nanti” Raut wajah Murad sedari tadi terlihat sinis dan ia pun
menyeringai angkuh. Tampaknya Murad menyetujui ide jahat Shabuddin ini.

Shahbuddin kemudian lanjut berkata: “Ayo marilah tuan ku. Kita minum
angur ini bersama?” Murad diam saja lalu ia menggelengkan kepala sambil
bersungut kesal. Jawabnya: “Sampai akhirnya aku mendapatkan kabar
kepastian kematian kakak ku Salim maka aku tak akan mau meminumnya!!!”

Shahbuddin menjanjikan Murad: “Jangan kuatir tuan ku kau tak akan menanti lama” Shahbuddin pun pamit pergi.

Di saat yang sama di tendanya Salim tampak marah dan membanting gelas
minumannya ke lantai: “Sampai saat ini kita belum juga berhasil
menemukan dimana Pratap bersembunyi. Sungguh mengesalkan karena semakin
sulit mencari jejaknya!!!”

Sementara Rahim yang lebih tenang menasihati: “Salim kau harus lebih
tenang. Mereka tak mampu bertahan terus-menerus kelaparan. Akhirnya
mereka akan keluar dari persembunyian mencari makan” Salim berkata: “Aku
tak habis pikir apa sebenarnya yang bisa mereka makan di hutan?!”

Sementara itu di persembunyiannya Maharana Pratap sedang berbincang dengan para menterinya.

Salah seorang menterinya berkata sambil menunjuk kearah makanan yang
ada di piring Maharana Pratap: “Sekarang ini kita terpaksa makan
dedaunan dan buah-buah dari hutan” Maharana Pratap berkata: “Kita harus
mempersiapkan diri untuk penyerangan besar ke tenda Mughal. Kita akan
merampok persediaan makanan mereka”

Jodha sedang dikamarnya ia tampak gelisah dan mengingat kembali
perkataan Yogi Udeynaat tentang adiknya Leela yang melakukan ilmu hitam.
Jodha berkata pada dirinya sendiri: “Jika bukan Leela lalu siapa kah
yang melancarkan ilmu sihir hitam ini?” Flash back ke Yogi Udeynaat:
“Sangram Singh telah berada dibawah pengaruh sihirnya.

Sama juga dengan suami mu Jalal” Jodha: “Aku harus segera membongkar
kebenarannya” Jodha buru-buru pergi mau mengintip apa yang sedang
dilakukan Laboni? Kamera memperlihatakn Laboni yang sedang memperlakukan
Sangram Singh seperti binatang peliharaan. Ia duduk dilantai menengadah
kearah Laboni. Laboni meledeknya: “Kau seorang yang lugu dan sekarang
kau telah menjadi anjing peliharaan ku (
mere gulam kutte). Semua pangeran di kerajaan ini adalah anjing ku” Labonbin tertawa-tawa karena puas akan keberhasilannya.

Ia lanjut tertawa sambil memperolok Sangram: “Sekarang kau adalah
budak ku. Kau akan menari-nari hanya dengan satu arahan jari ku saja”
Jodha yang sedari tadi bersembunyi dan mengintip terbelalak kaget
melihat semua ini. Ia berkata dalam hati: “Jadi ternyata benar Sangram
Singh telah berada dalam pengaruh sihirnya. Dan adik perempuan ku Leela
telah dibunuhnya” Sialnya tak lama kemudian seorang pelayan datang dan
menyapanya Jodha: “Salam hormat untuk Malika Hindustan” Laboni kaget
mendengar sapaan itu. Ia langsung cemas dirinya akan ketahuan.
Cepat-cepat ia menepuk kepala Sangram dan menyuruhnya lekas berdiri

. Jodha pun diluar sana terlihat kikuk dan mempersiapkan dirinya agar
tak tampak marah dan mecurigakan. Sementara di dalam Laboni memejamkan
matanya dan bola matanya berubah jadi hitam biasa.

Ia pun siap pasang wajah ramah. Jodha pun masuk ke dalam kamar. Ia
berpura tak tahu bahwa ada Sangram di dalam Laboni melayangkan sapaan
menyambut Jodha: “Kakak kau disini?” Sedangkan Sangram berdiri dengan
tatapan kosong dan memberi salam Pranam kepada Malika Hindustan. Jodha
berpura-pura tersenyum membalas seakan dia baik-baik saja. Jodha berkata
kepada Leela palsu: “Sebenarnya aku datang ingin berbicara dengan mu
Leela. Tetapi ternyata aku lihat kalian berdua sedang sibuk berbincang.
Tak apa aku akan kembali lagi nanti saja” Laboni menjawab: “Baiklah tak
mengapa jika begitu” Sangram Singh mengucapakan salam dengan wajah tanpa
ekspresi dan Jodha membalasnya. Sekali lagi Jodha harus berpura-pura
tersenyum tetapi matanya memandang aneh kearah Sangram Singh. Jodha pun
pergi meninggalkan mereka.

Leela palsu alias Labonbin ambil nafas lega begitu Jodha pergi.
Di salah satu sudut halaman istana tampak Hoshiyar duduk sambil menangis.

Salah seorang pelayan datang menghampiri dan bertanya: “Kya hoa
Hoshiyar? Ada apa dengan mu Hoshiyar? Mengapa kau duduk menangis seperti
ini?” Hoshiyar terisak menjawab: “
Kuch nehi. Sama sekali ngak ada apa-apa kok” Sang pelayan berkata: “
Kuch to hei. Pasti ada sebabnya dong. Pasti ada hubungannya dengan
Padshah Begum (Ruqaiya
Ratu Senior). Jika tidak kau tak akan seperti ini” Hoshiyar akhirnya
curhat: “Ratu Ruqaiya tak sudi lagi melihat wajah ku”

Si pelayan berkata: “Menurut pendapat ku kau tak bersalah. Kau ini
seorang pelayan istimewa bagi Padshah Begum. Posisi mu yang khusus itu
bisa saja membuat orang lain iri hati. Menurut ku kau ini terkena
guna-guna” Hoshiyar mengiyakan pendapat si Pelayan: “Ada benarnya juga
perkataan mu itu” Si pelayan berkata: “Semua ini bukan salah mu”

Hoshiyar lanjut berkata: “ Benar sekali. Aku harus menemukan si
penjahat itu. Akan ku bawa dia kehadapan Ratu Ruqaiya. Biar dia dihabisi
dengan cambukan dari Ratu Ruqaiya.

Adegan pindah memperlihatkan Labonbin yang sedang memasangkan Ghungroos
(gelang gemericing yang dipakai penari). Labonbin tampak gembira dan
menari-nari meliuk-liuk centil sambil menyanyi kesana-kemari dikamarnya.
(OMG kayak cacing kepanasan nih Labonbin)

Kemudian
adegan pindah lagi ke Shahenshah yang sedang bersama para menteri di
Divan-i-Khas. Kedengarannya mereka sedang memperbincangkan Maharana
Pratap. Abu Fazl melapor bahwa Maharana Pratap belum juga tertangkap.
Katanya: “
Huzur. Maharana Pratap pakra nehi”

Todar Mal juga melapor bahwa para senapati atau panglima perang juga
belum berhasil apa-apa. Abu Fazl mengatakan bahwa Raja Mann Singh
tampaknya lebih cocok untuk tugas ini.

Karena dirinya seorang Rajvanshi maka dia akan berpikir sama seperti
Pratap. Sementara itu Jalal terlihat terpengaruh oleh suara nyanyian
Labonbin. Pikirannya terpecah dan tidak konsentrasi mendengarkan
penjelasan selanjutnya dari Abu Fazl dan Todar Mal. Kupingnya hanya
mendengar suara Labonbin menyanyi. Tiba-tiba ia berdiri dan meninggalkan
begitu saja para menterinya itu. Semua terbengong melihat kelakukan
Shahenshah. Dihalaman istana terlihat Jodha sedang berjalan dan
tiba-tiba Jalal berjalan melintas di depannya. Jodha memanggil nya
tetapi Jalal terus berjalan mirip Zombie mengikuti asal suara Labonbin.

Jodha terheran kenapa Shahenshah tidak menjawab sapaannya bahkan tak
menoleh sedikit pun. Diam-diam Jodha terus mengikuti Jalal dari
belakang.

Jalal
masuk ke kamar Labonbin dan mendapatkan Labonbin sedang menari sambil
menyanyi. Laboni terkejut gembira melihat kedatangan Jalal. Tak
buang-buang waktu Labonbin langsung menghampiri Jalal sambil tersenyum
genit. Laboni: “
Pranam. Kau datang kesini?” Jalal tampak terpesona karena kekuatan sihir Labonbin.

Tidak seperti sebelumnya, maka kali ini ia terus memandang kagum
kearah Labonbin. Jalal berkata: “Aku amat terpukau oleh suara mu. Aku
merasa harus menghampiri mu sekarang juga. Aku harus harus melihat
sendiri kemari” (OMG Jalal udah kena jerat jaring Laba2 Hitam “Black
Widow” nih. DANGER!!!) Labonbin tersanjung sampai ke langit ke tujuh
nih. Labonbin mulai merayu: “
Par kyu kar hai andara āyā na?
Jika begitu mengapa kau tidak masuk saja” Dia langsung menarik tangan
Jalal dan membimbingnya masuk. Laboni semakin mendekat ke Jalal dan
membelai wajahnya. Sementara Jodha terus mengawasi dari luar dengan
wajah cemas.

Jalal tampak terpesona memandang wajah Labonbin. Tiba-tiba Jalal
seperti tersadarkan diri. Ia merasa ada yang aneh dan menggelengkan
kepalanya lalu serentak menjauh dari She Devil Laboni. Sepertinya
Labonbin merasakan bahwa kekuatan sihirnya memudar dan ia bertanya: “
Ap theek to he na?
Apakah kau baik-baik saja?” Jalal terlihat disorientasi alias bingung
dan heran melihat sekelilingnya: “Aku berada dimana ini?” Labonbin
berpura-pura lugu dan menjawab: “
Jhijasa bukan kah kau tadi datang kemari untuk mendengarkan aku menyanyi?”

Jalal merasa risih dan berkata: “Maaf kan. Tak seharusnya aku berada
disini” Jalal pun langsung pergi meninggalkan Labonbin yang langsung
merengut sedih. Sebaliknya Jodha yang sedari tadi tegang
dipersembunyiaannya merasa lega: “
Bahāl bal pajh ke Shahehshah. Kau telah diberi kekuatan.
Ishwar apke satta hei.
Tuhan menjadi sumber kekuatan mu. Perempuan ini berbicara dalam bahasa
Bengali. Dia pasti bukan Leela! Jadi siapa sebenarnya orang ini?”

Jodha masih bersembunyi dan memperhatikan ke dalam kamar Leela palsu.
Ia melihat Dammu berbincang dengan Laboni. Dia berkata: “Ada apa dengan
mantra-mantra ku? Apakah patung suci lainnya mengganggu kekuatan ku?”
Labobin bilang tak mungkin. Tidak ada lagi patung lain. Dammu bilang
bahwa sekarang tinggal menanti saat yang tepat untuk melaksanakan tahap
ketiga. Labonbin berkata: “Tak usah kuatir aku akan memanggil Jalal lagi
malam ini.

Akan ku cari tahu siapa yang selama ini mengganggu kekuatan mantra-mantra kita!!”

Malam itu Jalal sedang lelap tertidur bersama Jodha. Tiba-tiba ia
terlihat gelisah dan ternyata Labonbin sedang menggenggam boneka sihir
yang menyerupai Jalal. Sambil memelototi boneka itu Labobin berkata: “
Vakta gya hei Shahenshah. Sudah waktunya Shahenshah.
Humare premika. Boneka ku.
Tumhare baho mei.

Kau akan mengikuti suara ku.
Jag hei hume jay. Waktunya kau bangun.
Tak ki hume pai.
Sudah saat nya kita menyatu” Jalal semakin gelisah dan ia pun terbangun
dengan kepala yang pening. Jodha pun ikut terbangun. Jodha bertanya:
“Ada apa Shahenshah?” Jalal menjawab: “Aku merasa tidak enak” Jodha
melepas ikatan Dupatta dengan baju Jalal.

Ia berkata dalam hati bahwa kekuatan sihir ini harus dia hentikan.
Jodha berusaha menenangkan Jalal yang terus gelisah. Jodha: “Tak ada
apa-apa Shahenshah. Kau beristirahalah. Mari kau tidur dipangkuan ku
saja” Jalal menuruti dan tidur dipangkuan Jodha. Lalu Jodha
membelai-belai lembut kepala suaminya itu sambil menyanyikan lagu
pengatar tidur So Ja. Jalal tampak memejamkan matanya sejenak akan
tetapi ia kembali menjadi gelisah.

Suara merdu Jodha terganggu dengan mantra-mantra sihir Labonbin. Yang
terdengar di telinga Jalal malahan mantra-mantra bersuara “garbled”
(desingan tak keruan) yang menyakitkan telinga. Ia pun bangun menjajuh
dan berdiri. Jalal berkata: “Stop aku tak mau mendengarkan nyanyian mu”
Jodha mengahampiri dan bertanya dengan lembut: “Ada apa Shahenshah?
Apakah suara ku tak merdu lagi?” Jalal: “Ya aku masih menyukainya. Akan
tetapi sekarang aku tak ingin mendengarnya. Aku merasa gelisah.

Aku ingin pergi dari sini” Jalal berbicara terbata-bata dan terlihat nafasnya sesak.

Jalal
hendak pergi meninggalkan kamar. Jodha tak kehilangan akal. Ia berkata
dengan lembut: “Tungggu Shahenshah aku tahu satu tempat dimana kau
selalu merasa nyaman” Jalal bertanya dimana? Jodha menjawab: “Ayo ikut
aku” Mereka berdua terlihat memasuki Hamam.

Jodha menuntun Jalal kedalam dan ia membelai lembut wajah Jalal.
Kemudian Jodha masuk ke dalam kolam. Sambil tersenyum lembut Jodha
membasuh wajahnya berkata kepada Jalal: “Ayo Shahenshah. Ayo kemari
bersama ku disini. Kau akan merasa lebih segar nanti. Bukan kah kau
selalu menikmati saat mand berdua dengan ku?”

Sedari tadi Jalal terdiam sambil memandang sendu kearah Jodha. Jalal pun menganggukan kepalanya.

Di kamarnya Labonbin berjalan bolak-balik lalu berdiri mematut di depan cermin.

Ia terlihat kesal menanti kedatangan Jalal yang tak kunjung tiba.
Labonbin ngomel: “Apa sih yang menghalangi Jalal kemari!?!?” Tiba-tiba
seorang pelayan datang menghampiri. Labonbin berkata: “Aku perlu tahu
dimana Shahenshah sekarang ini?!?” Pelayan melaporkan bahwa Shahenshah
sedang bersama Ratu Jodha mandi di Hamam.

Labonbin terkejut dan geram mendengarnya: “Di Hamam?! Dilarut malam
begini?!?!” Episode 520 diakhiri dengan pemandangan wajah Labonbin yang
geram di cermin. OMG geram apa seram nih. Kayaknya lebih cocok disebut
seram ya.

Sebentar lagi keluar tanduk dan taring nya nih She Devil!
PRECAP
– cuplikan episode 521 OH NO!!! NOT THIS ONE ALSO!!! Adegan "sakral"
mandi di Hamam malahan ikutan "dikotori" Labonbin. Precap episode 521
bikin ill feel. Adegan memperlihatkan Jalal sedang bersama Labonbin
dalam kolam dan saling menciprati air.
0 Komentar untuk "JODHA AKBAR EPISODE 520"
Terimakasih atas kunjungan anda. Mohon tidak copy paste artikel yg ada di blog ini, terimakasih