BY : KEMBANG TANJOENG
Adegan
melanjutkan episode kemarin Jalal dan Jodha di Hamam. Terlihat Jalal
masih dalam pengaruh mantra Labonbin. Ia terlihat berpaling dan hendak
pergi. Jodha berusaha mendapat perhatian Jalal dengan mencipratkan air
kolam ke arahnya. Jalal menoleh kearah Jodha yang membalasnya dengan
senyuman. Jalal menengok dan tersenyum kecil. Ia batal keluar dan
kembali berjalan menuju Jodha.
Jalal akhirnya masuk ke kolam dan Jodha tampak tersenyum bahagai karena
usahanya berhasil. Tetapi kemudian Jalal hanya terdiam dan menunduk
karena mantra sihir itu masih bekerja.
Jodha kemudian mendekati Jalal. Ia merangkul dan menyiramkan air ke
kepala Jalal perlahan. Jalal masih terdiam dan Jodha pun memeluk dan
merebahkan kepalanya di bahu Jalal. Akan tetapi kemudian Jalal malah
berdiri dan duduk menjauh dari Jodha. Tampaknya Jalal merasakan sakit
dikepalanya. Melihat ini Jodha tak kehilangan akal.
Ia lalu mencipratkan air ke arah Jalal. Awalnya Jalal hanya diam tak
membalas. Jodha terus berusaha menarik perhatian Jalal dan mencipratkan
air lebih banyak lagi. Jalal yang tadinya diam mulai tersenyum kecil dan
membalas memandang Jodha. Melihat senyuman Jalal maka Jodha pun merasa
usahanya mulai berhasil. Jodha pun mulai tersenyum menggoda dan semakin
semangat mencipratkan air lebih banyak ke muka Jalal. Jalal kembali
tersenyum dan berkata: “To ap humari sath khil khilna kahti?
Jadi kau mau bermain-main dengan ku?” Jodha tersenyum dan menjawab:
“Aisa hi samajh lijiye. Yah kira-kira begitulah” Jodha kemudian tertawa
dan kembali menyiram air kearah Jalal lagi.
Jalal membalas dengan senyumnya yang semakin lebar. Jodha terus
mencipratkan air dan akhirnya Jalal pun membalas “serangan” Jodha.
Keduanya terlihat seru perang-perangan dengan air di kolam. Eh tiba-tiba
muncul bayangan si tukang acak-acak. Labonbin ngintip dari balik “Jali
screen” alias jendela. Dia datag mengintip saat Jalal mendekat ke Jodha.
Dan Jodha tak seperti biasanya, tanpa malu-malu membalas pelukan Jalal.
Mereka tampak amat bahagia. Labonbin dengan geram berusaha menyakinkan
dirinya sendiri dengan berkata dalam hati: “Jodha kau membuat ku geram.
Tak akan lama lagi kekuatan sihir ku akan masuk tahapan ke tiga. Maka
Jalal akan menjadi milik ku selamanya.
Esok aku akan menggantikan diri mu Jodha!!!” Labobin lalu menghayal
bahwa dirinyalah yang sedang berada di dalam kolam bermesraan dengan
Jalal. Ia membayangkan dirinya memeluk dan membelai Jalal. OMG deh
Labonbin desperate tingkat dewa banget. Tiba-tiba ia terdasarkan dan
memandang kearah Jalal dan Jodha yang sedang berpelukan mesra.
Labonbin melihat bahwa baik lengan Jalal maupun Jodha mengenakan
gelang tali suci. Labonbin berkata: “Oh tali suci itu rupanya yang
menjadi penghalang mantra-mantra ku selama ini.
Aku harus mencari jalan untuk merebutnya” Labonteng pun pergi menemui
Dammu kekamarnya. (OMG what a relieve! Aduh pasti fans berat AKDHA bisa
merasa lega karena ternyata cuma khalayan Labonteng semata. Walaupun
begitu pasti masih ada yang bete karena sempat ada pengambilan gambar
dimana Laboni dan Jalal benar-benabr berduaan di kolam)
Laboni bergegas menemui ibunya. Dammu bertanya: “Darimana kau? Dimana
Shahenshah? Bukankah dia harus bersama mu sekarang?” Dengan geram
Labonteng mengatakan: “Dia bersama Jodha sekarang. Aku tak mengerti
kenapa selalu saja ada yang menghalangi. Jodha lah yang menjadi penyebab
matra ku tak berhasil” Dammu bertanya: “Mengapa bisa begitu Laboni?”
Laboni menjawab kesal: “Jodha rupanya telah mengikatkan Tawis (gelang
tali suci/jimat) dilengan Jalal”
Dammu kaget: “Tawis?” Labonbin menegaskan: “Iya Tawis yang diikatkan
Jodha lah yang menghalangi semua mantra kita. Itulah sebabnya Jalal tak
bisa datang kepada ku!!” Dammu kemudian tampak kuatir: “Apakah Jodha
sudah mengetahui tentang siapa kita sebenarnya?” Laboni berkata: “Jodha
tak tahu apa-apa.
Sebab jika tidak pasti dia sudah bertanya-tanya dan lalu menahan ku
sekarang” Kemudian Dammu berkata: “Kalau begitu mantra-mantra kita tak
berguna sampai Tawis itu bisa kita renggut dari lengan Jalal. Lakukan
lah sesuatu segera mungkin”
Adegan memperlihatkan Jodha dan Jalal telah dikamar dan berganti
pakaian. Jalal duduk dihadapan cermin dan Jodha sedang mengeringkan
rambut Jalal dengan handuk. Jodha berkata dalam hati: “Sampai kapan aku
bisa mengalihkan perhatian dan mencegah Shahenshah pergi menghampiri
perempuan itu?” Sementara itu Jalal tampak terus memandangi istri itu di
cermin. Jodha bertanya: “Apa yang sedang kau perhatikan?” Jalal
menjawab sambil tersenyum bahagia: “Aku sedang memandangi kecantikan mu”
Lagu In Ankhon Mein Tum mulai terdengar dilatar belakang. Kemudian
Jalal menggenggam tangan Jodha dan menciumnya. Jalal merebahkan
kepalanya dilengan dan badan Jodha. Jodha berkata: “Sudah ya Shahenshah?
Saat nya untuk istirahat” Jalal menjawab: “Aku akan selalu cepat
membaik jika kau berada dekat dengan ku. Akan tetapi ku pikir kau juga
butuh dimanjakan oleh ku. Ayo lah kau duduk disini” Jalal berdiri dan
membuat Jodha duduk. Jalal gantian mengeringkan rambut Jodha.
Jodha membelai tangan Jalal dan ia merebahkan kepalanya. Jalal menuduk
dan mencium rambut Jodha. Kemudian Jodha berdiri dan membimbing Jalal ke
pembaringan.
Jodha menyelimuti suaminya sebelum ia pergi tidur disisi Jalal. Jodha
lalu membelai-belai lembut kepala Jalal sampai akhirnya ia terlelap.
Lagu latar pun berganti dengan Ishq Hai Woh Ehsas. Setelah yakin Jalal
tidur nyenyak Jodha mengambil gulungan benang dan mengikatkan ujung baju
Jalal dan bajunya dengan benang. Jodha lalu berdoa agar Yogi Udeynaat
dapat segera kembali.
Yogi
Udeynaat tampak telah sampai disebuah pegunungan yang sepi. Ia memasuki
sebuah gua dimana seorang Petapa sedang bertapa dalam posisi Yoga
Vrksasana atau Tree Pose. Ia berdiri bagaikan sebuah pohon. Yogi
Udeynaat menelungkupkan diri sebagai tanda memberi hormat kepada Sang
Petapa. Ia membuka matanya dan melihat Yogi Udeynaat disana.
Sang Petapa berkata: “Jadi mereka telah sampai di Agra rupanya” Si
Petapa kemudian duduk dekat perapian dan mengusapkan tangannya ke atas
api tersebut. Lalu ia meraup asapnya dan membacakan sesuatu. Dan ketika
perlahan ia membuka tangannya semacam pasir turun mengucur dan
ditampungnya didalam cawan. Sang Petapa berkata: “Dammu dan Laboni
memiliki kekuatan ilmu hitam yang kuat. Kau harus menghentikan mereka. Akan tetapi kau harus menanti sampai tanah ini berubah warnanya. Kau harus menunggu”
Adegan keesokan pagi nya di istana menampakan Sangram Singh duduk
bagaikan seekor anjing. Laboni memegang sepotong ayam panggang dan
memanggilnya: “Hei Anjing Budak! Kau perhatikan!” Sangram Singh
memandang kearah Ayam Bakar tersebut. Laboni berkata: “Shabaz. Bagus”
Kemudian Labonbin memberikan ayam itu untuk dimakan Sangram Singh.
Sangram memakannya dengan gaya seperti anjing. Laboni lanjut berkata:
“Jangan pernah kau berani membuat aku marah. Jika kau tak melakukan apa
perintah ku maka tak akan tinggal diam” Sangram menjawab patuh: “Aku
tak akan berani tuan ku” Labonbin lalu memberikan minuman untuk Sangram
dan kemudian menyuruhnya pergi.
Jodha tampak sedang berjalan menuruni tangga bersama Jalal. Mereka
menuju halaman istana. Ia menuntun Jalal dengan hati-hati karena
kelihatannya Jalal kurang sehat. Jodha berpesan kepada Jalal:
“Shahenshah sebaiknya hari ini kau tidak berlatih pedang dulu. Kau
kurang sehat” Jalal merajuk dan berkata: “Tetapi aku tak akan merasa
tenang jika aku tak berlatih. Prajurit tak dapat beralasan bahwa dirinya
tak enak badan jadi ia tak akan pergi melawan musuh bukan? Aku akan
baik-baik saja”
Jodha menjawab: “Baiklah tetapi jangan teralu lama” Di halaman tampak
Sangram juga Abu Fazl. Ia melihat Jalal dan menghampiri lalu memberi
salam hormatnya kepada Jalal dan Jodha. Sangram berkata: “Aku mendengar
bahwa Shahenshah amat mahir bermain pedang. Bagaimana jika anda berlatih
bersama ku?”
Jodha was-was dan berpikir bahwa Sangram kan sudah dalam pengaruh sihir
Labonbin. Bisa-bisa ia mencelakai Shahenshah nanti. Jodha menyelak
pembicaraan dan berkata: “Tidak Sangram. Tidak hari ini. Shahenshah
sedang kurang sehat”
Jalal protes: “Biarkanlah di akan tamu kita. Aku juga telah mendengar
tentang keberaniannya. Pasti seru beradu pedang dengannya” Jalal
menyuruh pengawal mengambil pedangnya. Mereka pun mulai bertarung.
Sementara itu Laboni memperhatikan Sangram dan Jalal dari atas. Dia
berkata: “Bukankah anjing itu selalu setia kepada majikannya? Sangram
adalah anjing peliharaan ku.
Ia bertarung untuk ku. Dia akan membawa benag suci itu kepada ku”
Tampak Jodha amat cemas memperhatikan Sangram Singh dan Jalal yang
bertarung ketat. Sangram bertarung dengan penuh semangat apalagi dia
telah berada dalam pemgaruh sihir Labonbin. Sangram Singh menyerang dan
mendesak Jalal. Tampaknya Jalal bisa mengimbangi pertarungan ini dan
balik mendesak Sangram.
Diatas sana Laboni memperhatikan jalannya pertarungan. Tiba-tiba
Sangram Singh memperhatikan lengan kanan Jalal yang memakai Tawois
(gelang benang suci). Ia langsung menyerang dan mendesak Jalal.
Kelihatannya Sangram Singh ingin memutus benang suci itu dari lengan
Jalal. Pedang Sangram berhasil mengenai Tawis (gelang benang suci) itu
akan tetapi tanpa terduga timbul percikan api saat pedang Sangram
menyentuh tali suci itu dan ia pun terpental jatuh. Tanpa ragu-ragu
Jalal menghadangkan pedangnya ke arah Sangram yang terkapar di lantai.
Jalal kemudian membantu nya berdiri.
Dari atas Laboni terilhat geram dan berkata: “Aduh si Sangram Singh ini
takj berguna sama sekali bagi ku. Sekarang aku sendiri yang harus cepat
berbuat sesuatu”
Di tenda pasukan Mughal Salim dan Rahim sedang berjalan keluar. Rahim
menasihati Salim karena tampak Salim hendak terburu-buru melakukan
sesuatu karena terbawa nafsu. Rahim: “Salim kau tak bisa pergi begitu
saja mencari Pratap. Kau mengambil resiko sembarangan!” Salim tampak
masih kesal: “Kakak aku tak mungkin berdiam diri saja seperti sekarang
ini. Aku tak mungkin membiarkan prajurit ku mencari-cari Maharana
Pratap”
Rahim: “Lalu kau pikir bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan
tindakan mu kepada Shahenshah?” Salim menjawab: “Katakan bahwa jika aku
kalah maka palingtidak aku mati sebagai seorang kesatria” Tanpa disadari
mereka berdua dibelakang Salim ada seorang yang mengendap-endap siap
memanah Salim. Beruntung Rahim sempat melihat gerakan orang tersebut dan
meneriakan agar Salim merunduk. Rahim mendorong Salim dan ia sendiri
merunduk menghindar dari anak panah yang meluncur itu.
Sebelum bisa melarikan diri mata-mata itu sempat terkena lemparan pisau
belati Salim. Mereka mengepungnya dan menanyai siapa orang itu dan
siapa yang menyuruhnya? Rahim dan Salim bergantian berkata: “Katakan
siapa yang memeritahkan mu? Katakan! Katakan!” Si Mata-mata mengenakan
pakaian lelaki Rajvanshi maka salah seorang prajurit yang ada disitu
mengira pasti dia orang suruhan Maharana Pratap. Akan tetapi Salim
menyangkalnya: “Bukan. Bukan. Orang ini tak mungkin disuruh Maharana
Pratap.
Karena aku tahu dia bukan tipe pengecut seperti ini. Pasti orang ini
suruhan orang lain” Rahim terus menanyai sang mata-mata akan tetapi ia
terburu mati sebelum bisa mengungkapkan jati dirinya.
Sementara itu adegan kembali istana. Jalal duduk ditempat tidur dan
JOdha menuangkan minuman kedalam gelas untuknyta. Jalal berkata: “Lihat
lah bukankah aku tadi menang melawan Sangram Singh?” Jodha menjawab
kesal: “Ya aku tahu. Akan tetapi ada baiknya jika kau berhenti berlatih
pedang sesekali waktu” Jalal tetao aja ngotot mempertahankan
argumentasinya: “Apakah pernah aku menghalangi mu melakukan Pooja setiap
hari nya? Tetapi baiklah jika kau mau aku tak akan berlatih pedang lagi
sampai aku sehat kebali” Jalal memandang Jodha sambil tersenyum dan Jodha membalasnya dengan tersenyum juga, karena senang mendengar janji suaminya.
Dihalaman istana terlihat Laboni berjalan dengan menggengam abu ditangannya.
Laboni berkata pada dirinya sendiri: “Sangram Singh telah gagal
merebut Tawis itu untuk ku. Maka sekarang aku sendiri yang akan berbuat
sesuatu. Aku harus menaburkan abu ini pada Tawis itu. Jika berhasil maka
kekuatan Tawis itu akan musnah!”
PRECAP – cuplikan
episode 522 yang akan tayang Senin 08 June 2015 di Zee Tv India. Laboni
mengenakan gaun pink milik Jodha. Jalal tampak terbaring seperti tak
sadarkan diri. Ia tampak berada diatas tubuh Jalal dan baru saja akan
mencium Jalal. Tiba-tiba terdengar teriakan suara memanggil :
“SHAHENSHAH!!!” Ternyata Jodha ada tak jauh dari sana. Jodha hendak menyelamatkan suaminya dari cengkraman She Devil Laboni. Labonbin menengok dan memandang geram kearah Jodha.
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
4 Komentar untuk "JODHA AKBAR EPISODE 521"
Wah asiik nya Jodha Dan shahensha sangat mesra
Masama
Iyah mbak saya gk akan mengcopi
Mana lanjutanya mana mbak yang ke 522 -523
Mana lanjutanya yang ke 522-523 nya mbak
Terimakasih atas kunjungan anda. Mohon tidak copy paste artikel yg ada di blog ini, terimakasih