Jodha Akbar Episode 523


 by : kembang tanjoeng

Adegan dimulai dengan Jodha dan Moti Bai yang berpapasan dengan She Devil Laboni diselasar Istana. Labonbin menyapa Jodha. Moti Bai dengan lugunya meminta Labonbin untuk merayu Jodha agar mau berbagi cerita karena kata Moti ia tampak tegang dan diam saja. “Apa yang harus ku tanyakan?” kata Labonbin. Lalu Labobin mendekat ke Jodha dan menyentuh dagunya, sambil berkata: “Saat suami sedang sakit bagaimana mungkin hati mu tenang? Dan Kakak ku ini, bukan kah hampir seluruh hidupnya berkisar pada Shahenshah? Bagaiman Kakak? Bukankah perkataan ku ini benar? Jodha berjalan membelakangi Labonbin dan menyuruh Moti Bai agar pergi duluan ke Shahensha karena ia harus diberikan obat. Dengan lancangnya Labonbin memegang dagu Jodha dan mengancamnya: “Jodha sebaiknya kau lupakan saja Shahenshah. Ingat akan janji mu pada ku! Jodha memandang geram kearah Labonbin dan menjawab: “Tentu aku ingat. Aku akan menepati janji ku!!! Tetapi aku mohon agar biarkan aku disini merawat Shahenshah sampai ia sehat kembali. Aku tak bisa pergi membiarkannya!!!” Laboni marah dan menunjuk-nunjuk ke wajah Jodha: “Suami mu sakit hanya karena efek mantar ku!!! Dengan mudah aku akan membuatnya sehat kembali jika kau sudah meniggalkan istana ini!!! Tak perlu lagi kau pikirkan Shahenshah. Segera tinggalkan istana hari ini juga!!! Jika kau sampai tak jadi pergi maka aku akan membunuh Jalal beserta seluruh keluarganya!!! Sebelum membunuhnya aku akan menyiksa mereka semua. Apakah kau mau aku melakukan hal itu? Kau mau bertanggung jawab atas penderitaan yang dirasakan Ibumu Hamida?  Juga putri mu Aram Banu?!?!?!” Jodha terkejut akan kekejian hati Labonbin. Jodha menjawab: “Jangan kau lakukan hal itu! Aku akan pergi hari ini juga. Jangan kau sakiti keluarga ku!” Laboni mengolok Jodha dengan memeluk sambil berkata: “Nah begitu dong itu baru Kakak ku yang baik hati” Kemudian Labonbin pun pergi.


Adegan memperlihatkan Jalal yang terbaring di kamarnya dikelilingi oleh Hamida, Salima dan Ruqaiya. Hamida terdengar memberi nasihat kepada Jalal: “Jalal sebaiknya sampai kau sembuh urusan kerajaan kau serahkan kepada Jodha saja” Ruqaiya langsung pasang muka kesal. Ia pun berkata dalam hati: “Huh Jodha lagi Jodha lagi. Kenbapa sih apa-apa selalu Jodha??!?!” Jodha tampak telah hadir ditengah-tengah mereka. Jodha berkata: “Tidak Amijan. Aku tak dapat memikul tanggung-jawab ini” Wajah Ruqaiya langsung terlihat kaget. Jalal lalu memandang sedih kea rah Jodha dan berkata: “Ayo lah kau jangan begitu. Kau tahu benar bahwa kau sama mampunya dengan ku. Jika seorang Raja  sedang tidak sehat maka selayanya sang Permaisurinya lah yang menggambil alih” Jodha terlihat jadi serba salah: “Aku mengerti maksud mu Shahenshah. Akan tetapi aku tak dapat menerima tugas ini” Salima heran dan bertanya: “Akan tetapi mengapa Jodha?”  Jodha menjawab: “Karena aku harus pamit pergi ke Mathura. Aku harus melaksanakan Pooja demi Shahenshah disana” Hamida pun berdiri menghampiri Jodha dan berkata: “Putri ku Jodha tak bisa kah kau menunda kepergian untuk Pooja mu kesana?  Jalal sedang sakit sekarang ini?” Jodha terlihat semakin berat hatinya: “Begitulah ritual yang aku percayai. Aku harus segera pergi melakukan Pooja kesana demi Shahenshah. Aku yakin dengan begitu doa ku akan dikabulkan Tuhan. Shahenshah akan bisa cepat sehat kembali. Oleh karenanya aku tak dapat menunda Pooja ini” Hamida pun tampak maklum: “Jika memang begitu keharusan nya maka pergi lah” Ruqaiya langsung menyelak bicara tampaknya ia lega Jodha tak jadi menggantikan Jalal: “Ya Jodha selama kau pergi kami akan mengurus Jalal dengan baik” Ruqaiya memandang ke Salima sambil menggangukan kepala.  Sejak tadi Jodha memadang ke arah Jalal dengan mata yang berkaca-kaca. Hampir ia tak kuasa menahan air mata saat Jalal memandangnya. Jodha lalu pamit: “Prenam aku harus mempersiapkan kepergian ku”

Di kamarnya Labonbin tertawa-tawa karena puas telah membuat Jodha tak berkutik. Katanya: “Aku segera akan mendapatkan semua yang ku impikan. Jodha akan segera enyah dari sini. Dan Jalal akan selamanya menjadi milik ku seorang saja. Bukan kah kau tak menyangka hal ini bisa terjadi? Jodha mengetahui segalanya tetapi ia tak berdaya melakukan perlawanan.  Si dungu Jodha telah menyerahkan seluruh hidupnya pada ku. Jika aku menjadi dirinnya maka tak semudah itu aku merelakan!!!” Dammu menjawab: “Pekerjaan kita akan menjad lebih mudah sekarang. Kita akan menyelesaikan tahap akhir sihir kita ini.  Labonbin: “Sekarang tak akan ada lagi  yang menghalangi ku” Dammu kemudian memperlihatkan sesuatu kepada Labonbin: “Lihat kemari Laboni” Dammu membacakan mantra pada semangkuk bubuk putih yang kemudian berubah jadi merah. Katanya lagi: “Deko Laboni yeh abhi mantra hei. Lihat Laboni ini lah hasil mantra ku. Eise Jalal par lagana hoga ja ap ko, Kau harus melumuri Jalal dengan bubuk sebelum ia bisa menjadi milik mu.

Adegan pindah ke Salim yang sedang membaca surat dari Anarkali. Isi surat mengatakan semoga surat ini bisa membuat Salim tersenyum bahagia. Bahwa Anarkali selalu mendoakan keberhasilan Salim dan bisa segera pulang. Salim tersenyum dan mencium surat itu (OMG niru-niru Jalal nih) Rahim datang menghampiri dan memberi salam: “Salam hormat ku kepada Shah Shah Salim” dan Salim berdiri lalu berkata: “Kakak Rahim kau ini adalah Kakak ku tak perlu kau mengucapkan salam itu kepada ku. Apakah kau sudah berhasil mendapatkan info siapa yang berusaha membunuhku kemarin?”  Rahim menjawab: “Aku belum mendapat informasi lain. Mudah-mudahan secepatnya. Mulai sekarang kau akan dikawal ketat” Salim berkata: “Tidak tidak Kakak. Tidak perlu. Kakak aku akan baik-baik saja. Aku harus menangkap Maharana Pratap hindup atau mati. Kita harus mencari siasat lain untuk menangkapnya” Rahim menjawab: “Kita sudah mencari-cari dia dimana-mana akan tetapi Maharana Pratap tidak pernah terlihat muncul” Salim: “Kita harus berusaha lebih keras dan minta semua prajurit untuk membuka mata dan telinga lebar-lebar. Di setiap jalanan, di hutan, di perbatasan, maupun di setiap pasar. Tak lama lagi aku harus kembali ke Agra” Rahim mengiyakan.

Jodha tampak sedang menyiapkan barang-barangnya untuk dibawa pergi. Ia memegang Dupatta Biru yang dipilihkan Jalal waktu lalu. Jodha flashback saat mala itu. Moment indah dan mesra saat Jalal memasangkan Dupatta itu dan dikepalanya lalu memujinya: “Ap itni khubsurat hei. Kau sangat cantik sekali” Tanpa disadari nya Jalal masuk kekamar dan berdiri dibelakangnya: “Kelihatannya kau ingin segera pergi?” Jodha buru-buru mengusap air mata nya. Kemudian ia minta Moti Bai meninggalkan mereka berdua. Jodha mengajak Jalal duduk: “Kau sedang tak sehat mengapa kau datang menghampiri ku kemari? Kau bisa memanggilku datang ke kamar mu” Jalal berkata: “Aku tahu pasti kau sedang sibuk makanya aku ingin mendatangi mu” Jodha tampak tak mampu menahan rasa sedihnya makanya ia berdiri hendak menjauh dan kembali membereskan baarang-barangnya. Jalal mencegahnya. Katanya: “Mau kemana? Duduk dulu lah bersama ku disini. Biarkan aku memandang mu. Luangkan lah waktu mu untuk bersama ku. Tak tahu kapan kita akan jumpa lagi?” (OMG kok Jalal ngomongnya tak tahu kapan bisa ketemu lagi? Apa maksudnya? Bikin jadi takut nih) Mata Jodha semakin berkaca-kaca. Dalam hatinya Jodha berkata: “Aku tak ingin pergi meninggalkan mu Shahenshah akan tetapi aku lakukan ini demi nyawa mu. Aku harus menjauh dari mu” Jodha berkata: “Shahenshah kau harus menjaga diri mu baik-baik. Jangan lupa minum ramuan obatmu (Khada), jangan berlatih pedang” Jalal berkata: “Jodha mengapa kau berkata-kata seolah kau tak akan kembali lagi?” Jodha memandang Jalal dan airmatanya sebentar lagi akan menetes d ipipinya. Jodha
untuk bercerita. Akan tetap Jodha mengelak dan menepis dugaan Jalal: “Tak ada apa-apa Shahenshah. Sama sekali tak ada apa-apa” Lababoni si kepo tiba-tiba muncul dipintu kamar dan tampak dia cemas Jodha mengadukanannya. Dengan seenaknyaLababoni masuk dan memutus pembicaraan mereka. Dia bilang ke Jodha: “Kakak tandu mu sudah  siap menanti” Jalal yang agak kesal menyindir Lababon: “Kakak mu tak akan meninggalkan ku” Lababoni malah centil dan dengan lancang menarik Jodha agar berdiri dan ia pun duduk merangkul lengan Jalal. Lababoni: “Wah wah Kakak ini. Jangan kuatir Kakak aku akan mengurus Shahenshah disaat kau tak berada disini” Jodha menjawab dingin: “Aku tahu itu” Dengan berat hati Jodha berkata kepada Jalal: “Baiklah Shahenshah aku mohon diri”

Kamera memperlihatkan Jodha berada di halaman istana. Dari balkon istana tampak Jalal, Hamida, Ruqaiya, dan Salima memadang ke Jodha di bawah. Jodha memberi salam hormat dan tersenyum kepada Jalal. Jalal terus memandangi Jodha dengan sebuah senyuman yang terlihat getir. Jodha kemudian melihat Lababoni dan Dammu berdiri di jendela lain. Dammu dengan kurang ajar berkata: “Laboni duri lancang itu telah berhasil kita singkirkan, Sekarang kita harus bersiap untuk malam ini” Jodha terus memandang kearah Jalal sebelum akhirnya ia menunduk dan menyembunyikan air matanya. Jodha pun berjalan ke tandu dan masuk akan tetapi ia terus mengekuarkan kepalanya dan memandangi Jalal dari jauh. Terlihat Jodha amat cemas meninggalkan Jalal ditangan kotor She Devil Laboni. Jalal pun tak lepas memandang istri tercintanya itu dengan wajah muram. Tandu keluar dari halaman istana dan Ruqaiya berkata pada Jalal: “Jalal kau tak perlu cemas. Jodha akan segera kembali. Sebaiknya kau pergi beristirahat” Ruqaiya tampak menuntun Jalal kedalam”

Malam ini Dammu tampak sedang menggenggam boneka sihirnya. Laboni bertanya sedang apa?  Dammu berkata: “Aku menanti Bulan Laboni agar bisa melaksanankan ilmu sihir kita ini. Boneka ini telah membantu kita dan sekarang boneka ini akan membantu kita lagi. Kau harus membawa Jalal ke hutan lagi. Dengan sombong Lababoni berkata: “Sekarang Jodha tekah kita usir dari sini maka tak akan ada yang akan menghalangi ku lagi”

Ruqaiya terlihat menuntun Jalal memasuki ruangan Catur. Ia ingin menghibur Jalal dengan mengajaknya main. Kata Ruqaiya: “Aku pikir kau pasti akan merasa senang berada di ruang catur ini. Ayo bagaimana kalau kita main catur? Kau mau memilih bidak warna apa?” Jalal: “Aku memilih bidak putih” Ruks berkata: “Kalau begitu aku akan mainkan yang hitam” Sementara itu tanpa mereka sadari Lababoni ada disana. Ia tengah menyamar menjadi salah satu bidak catur warna hitam. Lababoni memandang tajam kearah Ruks dan berkata dalam hati: “Ruqaiaya kau kau tak akan mampu menghalangi Jalal dari ku. Jalal harus datang kepada ku mala mini!!!”

Sedangkan Jodha malam itu telah mencapai Gua tempat Yogi Udeynaat. Jodha masuk dan memanggil-manggil sang Yogi. Tetapi tampaknya ia belum kembali. Jodha teramat cemas: “Aku berani meninggalkan istana karena aku berharap Yogi Udeynaat sudah menanti disini. Aku tak akan mampu melawan sihir mereka sendirian. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada diri Jalal? Aku tak bisa membiarkan Jalal sendirian. Aku harus menyelamatkan dirinya walaupun itu berarti mengorbakan nyawa ku sekalipun”


PRECAP – cuplikan espisode 524  Sementara Jodha masih menanti kedatangan Yogi Udeynaat di gua, si Perempuan gatel Laboni malah mulai lagi buka2 baju Jalal. OMG banget yah. Setelah Jodha menanti cukup lama di gua akhirnya Yogi Udeynaat tiba.  Mereka segera mengarah ke Istana sebelum semuanya terlambat.  Mudah2an Lanbonteng belum melakukan hal-hal yang menodai kesucian pernikahan Jalal-Jodha.
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
2 Komentar untuk "Jodha Akbar Episode 523"

Terimakasih atas kunjungan anda. Mohon tidak copy paste artikel yg ada di blog ini, terimakasih

 
Copyright © 2015 HimE aiMe - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top